BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Dalam hal ini yang paling utama dalam pengembangan kurikulum ini adalah aliran filosofis. Pendidikan pada hakekatnya adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, setiap proses pendidikan akan berusaha mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai sebuah elemen penting untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat (agent of change). Dalam upaya itu, setiap proses pendidikan membutuhkan seperangkat sistem yang mampu mentransformasi pengetahuan, pemahaman, dan perilaku peserta didik. Dan salah satu komponen operasional pendidikan sebagai sistem adalah kurikulum, dimana ketika kata itu dikatakan, maka akan mengandung pengertian bahwa materi yang diajarkan atau dididikkan telah tersusun secara sistematik dengan tujuan yang hendak dicapai. Kurikulum sebagai rancangan dari pendidikan, mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan karena kurikulum menentukan proses pelaksanaan dan hasil daripada pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan manusia, maka pengembangan kurikulum tidak dapat dirancang sembarangan, sehingga dalam makalah ini dibahas aliraran-aliran kurikulum, idealisme, pragmatisme, perenialisme, essensialisme,progressivisme,dan rekonstruktivisme.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum menurut para ahli :
1. J.Galen Saylor dan Wiliam M. Alexander Dalam buku curiculum planing for better teaching and learning menjelaskan bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah .
2. Harlod B. Albertyes Dalam reorganizing the high-school curiculum memandang bahwa kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran ,akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan di luar sekolah
3. William B,Ragan, Dalam buku modern elementary curiculum menjelaskan arti kurikulum dalam arti luas,yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah .kurikulum tidak hanya meliputi seluruh kehidupan dalam kelas . jadi, hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar , cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
4. Winarno Surahmad mengemukakan bahwa kurikulum adalah program pendidikan yang di rencanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
5. Alice Miel juga menganut pendirian yang kuat tentang kurikulum dalm bukunya Changing the Curiculum a.social process ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung ,suasana sekolah ,keinginan ,keyakinan , pengetahuan dan sikap orang-orang yang melayani dan di layani sekolah ,yakni anak didik, masyarakat , para pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah ,pegawai administrasi dan orang lain yang ada hubungannya dengan murid-murid).jadi, kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh dan bercorak pendidikan yang di peroleh anak di sekolah.
Jadi, Kurikulum adalah gagasan atau ide-ide yang harus dikembangkan oleh pengembang kurikulum untuk membimbing siswa belajar ke arah tujuan atau suatu hasil yang diinginkannya.
2.2. Aliran-aliran Filsafat Pada Kurikulum
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita kenalkan pada berbagai aliran filsafat, yang dikembangkan Di bawah ini merupakan aliran-aliran filsafat dalam kurikiulum,
Tanpa bermaksud untuk mendikotomikan, dalam kajian filsafat pendidikan pada umumnya, dikenal adanya dua aliran filsafat besar, yaitu Idealisme dan Pragmatisme,
2.2.1 Idealisme
Dalam sejarah filsafat Barat, idealisme selalu identik dengan Plato. Hal demikian sangat wajar sebab Palto memang dianggap sebagai Bapak dari filsafat idealisme. Menurut Plato, hakekat segala sesuatu tidak terletak pada sifat materi atau bendawi, tetapi sesuatu yang berada dibalik materi itu, yaitu ide. Ide bersifat kekal, immaterial, dan tidak berubah. Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah, Pada ranah pendidikan, aliran Idealisme ini menganggap bahwa hakekat pendidikan adalah semangat ingin kembali kepada warisan budaya masa silam yang agung dan ideal, sehingga pendidikan diartikan sebagai “cultural conservation”, yakni sebagai pemelihara kebudayaan Adapun yang menjadi tujuan pendidikan menurut aliran Idealisme ini adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna, yang berguna bagi masyarakatnya. Dan sebagai konsekuensi logisnya, maka pendidikan model aliran Idealisme ini lebih menekankan pengkayaan pengetahuan (transfer of knowledge) tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan industri).
Dengan model pemikiran seperti itu, maka kurikulum Idealisme mendasarkan pada prinsip: Pertama, kurikulum yang kaya materi, berurutan, dan sistematis yang didasarkan pada target tertentu yang tidak dapat dikurangi sebagai satu kesatuan pengetahuan, kecakapan, dan sikap yang berlaku dalam kebudayaan yang demokratis. Kedua, kurikulum menekankan penguasaan yang tepat atas isi atau materi kurikulum.
Dari prinsip-prinsip tersebut kemudian dibuat pedoman dalam merumuskan kurikulum idealisme yang pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, yang mengutamakan pada “essential studies” yang meliputi metode ilmiah, dunia organis dan an-organis, human environment (lingkungan manusia, budaya, dan alamiah), serta apreasi terhadap seni.
Selain itu dalam kurikulum idealisme sekolah dianggap sebagai pusat intellectual training dan character building, yang secara formal melatih dan mengembangkan daya jiwa yang sudah ada.
2.2.2. Pragmatisme
Pragmatisme biasa diidentikkan dengan filsafat bangsa Amerika karena Pragmatisme merupakan filsafat yang mencerminkan secara kuat sifat kehidupan Amerika, dimana filsafat ini merupakan penengah antara filsafat empirisme dan idealisme dengan menggabungkan hal-hal yang berarti antara keduanya.
Kemunculan pragmatisme sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer telah banyak membawa kemajuan-kemajuan yang pesat baik dalam ilmu pengethuan maupun tehnologi. Pragmatisme telah berhasil membuat aktifitas filsafat yang sebelumnya bersifat metafisis, idealis, abstrak, dan intelektualis yang cenderung “melangit”, menjadi aktifitas riil, inderawi, dan mnafaatnya langsung bisa dirasakan secara prkatis-pragmatis dalam kehiudpan sehari-hari.
Dalam ranah pendidikan, aliran Pragmatisme berpendapat bahwa hakekat pendidikan merupakan proses masyarakat mengenal diri. Dengan perkataan lain, pendidikan adalah proses agar masyarakat menjadi hidup dan dapat melangsungkan aktifitasnya untuk masa depan. Dengan demikian, pendidikan adalah proses pembentukan impulse (perbuatan yang dilakukan atas desakan hati), yang berorientasi pada futuralistic, yakni sebuah pendidikan yang berwawasan pada masa depan. Dari karakter yang demikian, maka pendidikan pragmatisme menganjurkan agar yang berbuat, yang menghasilkan, dan yang mengajar adalah peserta didik sendiri. Sedangkan peran pendidik lebih berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing.
Dalam pandangan Pragmatisme, tidak ada suatu materi pelajaran tertentu yang bersifat universal dalam sistem dan metode pelajaran yang selalu tepat untuk semua jenjang sekolah, sebab pengalaman, kebutuhan serta minat individu atau masyarakat berbeda menurut tempat dan zaman. Dalam hal ini kurikulum pragmatisme bersifat elastis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum Pragmatisme bergerak dinamis diatas prinsip kebebasan, menghendaki bentuk yang bervariatif dan dengan materi yang kaya.
Adapun mengenai muatan isi kurikulum, Pragmatisme mendorong perkembangan pribadi anak didik yang meliputi perkembangan minat, pikir dan kemampuan praktis. Bentuk demikian inilah yang oleh Kilpatrick disebut dengan emerging curriculum, yaitu kurikulum yang realistis dari kehidupan peserta didik
Dalam pelaksanaannya, kurikulum Pragmatisme mengutamakan pengalaman yang didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, yang diarahkan bagi perkembangan pribadi secara integral terutama aspek pikir, perasaan, motorik, dan pengalaman sosial.
Demikianlah model kurikulum aliran Idealisme dan Pragmatisme, yang sebenarnya hanya merupakan pembedaan secara garis besar saja, karena selain kedua aliran utama tersebut, masih terdapat aliran-aliran filsafat lain yang memiliki pengikut yang cukup banyak, dan kemudian terdapat empat aliran saja sebagai penjelas dan penguat bagi kedua aliran utama tersebut diatas, yaitu perenialisme, esensialisme, progresivisme dan rekonstruksionisme.
2.2.3 Perenialisme
Perenialisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa zaman sekarang sebagai zaman yang kurang “sehat”, dan untuk mengembalikan kepada keadan semula diperlukan “dokter” yang sudah terkenal. Aliran ini juga menganggap bahwa kebudayaan dewasa ini mempunyai landasan-landasan yang kurang jelas sehingga diperlukan usaha-usaha untuk kembali pada fundamen-fundamennya dengan menunjuk kepada apa yang telah dihasilkan oleh zaman Yunani dan abad pertengahan. Jelasnya, Perenialisme ini bercorak regresif, yaitu sikap yang menghendaki kembali pada jiwa yang menguasai peradaban skolastik Yunani dan abad pertengahan, karena ia merupakan jiwa yang menuntun manusia hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang telah ditentukan secara rasional.
Dalam hal kurikulum, aliran ini menganggap hal yang terpenting dalam kurikulum adalah isi (content) mata pelajaran-mata pelajaran yang tepat dan benar. Oleh karena kondisi demikian, maka dalam pendidikan peran utama dipegang oleh guru atau pendidik. Keaktifan dan kreatifitas subyek didik dikembangkan dengan bersendikan atas pengetahuan dan keterampilan yang benar.
Disamping itu, masih menurut aliran Perenialisme, pendidikan persekolahan diusahakan sama bagi setiap orang, dimana peserta didik diajak untuk menemukan kembali dan menginternalisasi kebenaran universal dan konstan dari masa lalu. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam kurikulum model aliran Perenialisme ini adalah mengkaji terhadap buku-buku yang membahas peradaban Barat dan abad pertengahan melalui membaca dan diskusi untuk menyerap dan menguasai fakta-fakta dan informasi.
2.2.4. Essensialisme
Aliran Esensialisme ini hampir mirip dengan Perenialisme. Bedanya, kalau Perenialisme bercorak regresif, Esensialisme lebih bercorak konservatif, yakni sikap untuk mempertahankan nilai-nilai budaya manusia. Esensialisme ini menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan, dan nilai-nilai inilah yang hendaknya sampai kepada manusia melalui sivilisasi dan yang telah teruji oleh waktu.
Menurut teori Essentialist ini, tujuan pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai yang ada dalam “gudang” di luar ke dalam jiwa peserta didik, sehingga ia perlu dilatih agar mempunyai kemampuan absorbsi (penyerapan) yang tinggi. Disini peran guru atau pendidik memiliki peran yang sentral dalam menyampaikan warisan budaya dan sejarah seputar inti pengetahuan yang terakumulasi begitu lama dan bermanfaat untuk peserta didik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum menurut aliran ini bersifat subject centered, dimana guru sebagai pusat pembelajaran yang lebih ditekankan pada keterampilan membaca, menulis dan menyerap ide-ide demi mengembangkan mind peserta didik dan kesadaran akan dunia fisik sekitarnya.
2.3.5. Progresivisme
Aliran Progresivisme dapat dikatakan telah berbuat banyak dalam mengadakan rekonstruksi di dalam pendidikan modern dalam abad XX. Progresivisme banyak meletakkan tekanan dalam masalah kebebasan dan kemerdekaan kepada peserta didik dan menentang keras pendidikan tradisional, yang biasanya menentukan materi pembelajaran tanpa memperhatikan kebutuhan dan minat peserta didik.
Menurut George R. Knight, pemikiran progresivisme banyak sekali dipengaruhi oleh pragmatisme-nya John Dewey dan Psikoanalisis-nya Sigmund Freud yang menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif. Menurut aliran ini, peserta didik dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga dia diberi kesempatan untuk menetukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Disini, guru bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu. Dengan demikian, pendidikan harus berpusat pada peserta didik (child centered),tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual. Pendidikan progresivisme juga tidak menggunakan hukuman fisik atau menakut-nakuti sebagai pembentuk sikap disiplin.
Menurut teori Progresive ini, kurikulum dibangun dari pengalaman personal dan sosial peserta didik. Hal demikian dilakukan agar peserta didik memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial dengan melakukan interaksi dengan lingkungan dan akhirnya memiliki kemampuan problem solving, baik personal maupun sosial.
2.2.6. Rekonstruksionisme
Menurut penggagas teori rekonstruksionis, yaitu George S. Count, aliran ini muncul sebagai akibat dari penerapan ide-ide demokrasi dan tata ekonomi kapitalisme yang menjurus pada individualisme dan laises faire. Dan masyarakat yang demikian perlu direkonstruksi kembali dengan penerapannya yang menjamin adanya kesamaan.
Menurut teori Rekonstruksi, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi cakap dan kreatif sekaligus mampu bertanggungjawab dalam berinteraksi, membangun serta mengembangkan masyarakatnya. Lebih jauh lagi, agar pendidikan dapat menyadari antara keterikatan perumbuhan dan perkembangan tehnologi dan industrialisasi dengan perubahan masyarakat. Disini, pengetahuan atau kemampuan profesional, misalnya, hendaknya bisa disumbangkan bagi terbentuknya masyarakat baru. Dan, peran sekolah adalah dengan menjadi perantara utama bagi perubahan sosial, politik, dan ekonomi dalam masyarakat dengan membuat peserta didik sadar akan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia, memiliki kesadaran untuk memecahkan problem tersebut dan akhirnya membangun tatanan masyarakat yang baru.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum yang dikenalkan berbagai aliran filsafat, setiap aliran diatas memiliki orientasi yang berbeda-beda sehingga dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu,Menurut aliran Idealisme bahwa hakekat pendidikan adalah semangat ingin kembali kepada warisan budaya masa silam yang agung dan ideal, sehingga pendidikan diartikan sebagai “cultural conservation”, Aliran Pragmatisme berpandangan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan impulse (perbuatan yang dilakukan atas desakan hati), yang berorientasi pada futuralistic, yakni sebuah pendidikan yang berwawasan pada masa depan. Adapun kurikulum Pragmatisme lebih mengutamakan pengalaman yang didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, terutama aspek pikir, perasaan, motorik, dan pengalaman sosial, aliran Idealisme dan Pragmatisme, aliran lain seperti Perenialisme yang regresif, Esensialisme yang konservatif, Progresivisme yang bercorak bebas dan modifikatif, serta Reconstructionism yang mewujud dalam sikap radikal rekonstruktif.
HOME
Profil
Ipsum
Dolor
Lorem
Ipsum
Dolor
PEMBAHASAN
HIJRAH DAN MEMBINA MASYARAKAT ISLAM
1. Definisi hijrah
Hijrah secara bahasa berarti “tarku” (meninggalkan). “Hijrah ila syai” berarti “intiqal ilaihi ‘an ghairi” (berpindah kepada sesuatu dari sesuatu).
Menurut istilah, hijrah berarti “tarku maa nahallaahu ‘anhu” (meninggalkan sesuatu yang dilarang Allah)
Hijrah menurut sejarah penetapan hukum (tarikh tasyri) adalah berpindahnya kaum muslimin dari kota Mekah ke kota Madinah, dan juga dari kota Mekah ke kota Habasyah.
Pengertian hijrah secara khusus dibatasi hingga penaklukan kota Mekah. Setelah itu perintah hijrah dengan makna umum, yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri iman. Makna kedua ini berlaku setelah penaklukan kota Mekah.
Hijrah dalam sejarah perjuangan Rasul merupakan strategi dakwah Islam. Rasulullah saw. Karena itulah pengertian hijrah yang harus senantiasa ada dalam diri setiap muslim adalah pengertian hijrah maknawi. Adapun pengertian hijrah secara maknawi adalah:
1. Meninggalkan kejahiliyahan menuju kepada nilai Islam.
2. Meninggalkan kekafiran menuju iman kepada Allah.
3. Meninggalkan kesyirikan menuju tauhid, mengesakan Allah.
4. Meninggalkan kebatilan menuju hak, kebenaran Islam.
5. Meninggalkan perbuatan maksiat menuju perbuatan ketaatan kepada Allah.
6. Meninggalkan sesuatu yang haram menuju sesuatu yang halal.
Hadits yang berkenaan dengan hijrah
عَنْ أَمِيرِ اْلمُؤمِنِينَ أبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الله ورسوله فهجرته إلي الله ورسوله َمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (رَوَاهُ البُخَارِي وَمُسْلِمُ)
Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khathab r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niatnya dan tiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan pahala hijrah karena Allah dan Rasulullah. Barang siapa yang hijrahnya karena faktor duniawi yang akan ia dapatkan atau karena wanita yang akan ia nikahi, maka ia dalam hijrahnya itu ia hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (H.R. Bukhari-Muslim)
2. Perjalanan dari Makkah ke Yatsrib (Madinah)
Adapun acara perjalan yang dilakukan Nabi itu, digambarkan oleh Ibnu Hisyam, sebagai berikut: Rasulullah datang dengan sembunyi-sembunyi ke rumah Abu Bakar, kemudian mereka berdua keluar dari pintu kecil di belakang pintu rumah, menuju sebuah Gua di bukit Tsur sebelah selatan kota Makkah lalu mereka masuk ke gua itu.
Dalam perjalanan ke Yatsrib Nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, Nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah mesjid. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi, sebagai pusat peribadatan, tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Makkah. Semetera itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatanganya. waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kedatangan beliau dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap Nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatul Muhawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota ini cukup disebut Madinah saja. Ketika Nabi sampai di Yatsrib dengan perasaan rindu dan perasaan yang amat mendalam mereka melayukan sebuah nyanyian yang terkenal
A. Membina Masyarakat Islam Di Madinah
a. Pendikan Islam di Madinah
Tanggapan orang-orang Madinah tentang kedatangan Nabi sangat di idam-idamkan. Orang-orang Madinah memeluk agama Islam dengan hati yang ikhlas, serta dengan tulus membantu Nabi dalam mensyiarkan agama Islam.
Matahari Islam pun bersinar di atas langit bersih kota Madinah dan cahayanya mulai memancar luas. Salah satu hasil pertamanya adalah keadaan perang yang telah lama mencekam dua kabila ‘Aus dan Khazaraj berubah menjadi keadaan damai dan persahabatan. Orang-orang muknim Madinah berkumpul di sekeliling Nabi dan perlahan-lahan kabilah-kabilah di wilayah Madinah pun memeluk agama Islam. Undang-undang Allah pun di wahyukan dan kemudian di wujudkan serta dipraktekan satu demi satu. Setiap hari, satu bentuk prilaku jahat tentu di basmi dan diganti dengan kesalehan dan keadilan. Perlahan-lahan orang-orang mukmin di Makkah yang dapat banyak gangguan dari orang-orang kafir setelah hijrahnya Rasulullah, meninggalkan rumah dan kehidupan mereka lalu pindah ke Madinah mereka di sambut hangat oleh saudara-saudara seagama di sana.
Orang-orang muslim yang tinggal di Makkah dan berangsur-angsur ke Madinah di kenal sebagai kaum Muhajirin (mereka yang hijrah) dan orang-orang muslim Madinah di kenal sebagai kaum Ansor (penolong). Kemajuan Islam yang pesat di Madinah itu menghawatirkan orang-orang kafir Makkah. Kebencian mereka terhadap Rasul dan kaum muslimin kian hari semakin bertambah dan orang-orang kafir itu berusha mencerai-beraikan mereka. Kaum muslimin, khususnya kaum muhajirin sangat marah terhadap orang-orang kafir Makkah. Mereka menunggu ijin dari Allah guna membahas orang-orang sang penindas itu, dan membebaskan wanita-wanita dan anak-anak yang tak berdosa serta orang-orang muslim yang malang yang masih disiksa di Makkah.
Adapun titik tekan pendidikan Islam pada periode Madinah adalah
a. Pembentukan dan Pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politk. Dalam hal ini Nabi melaksanakan pendidikan sebagai berikut
1. Nabi mengikis habis sisa-sisa pemusuhan dan pertengkaran antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka.
2. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, nabi menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk usaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3. Menjalin kerjasama dan tolong-menolong dalam membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur
4. Shalat jum’at sebagai media komunikasi seluruh ummat Islam.
b. Pendidikan sosial dan kewarganegaraan. Pendidikan ini dilaksanakan melalui :
1. ukhuwah (persaudaraan) antar kaum muslimin.
2. Pendidikan kesejahteraan sosial dan tolong menolong.
3. Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.
c. Pendidikan anak dalam Islam. Rasullah selalu mengingatkan kepada ummatnya, antara lain:
1. Agar kita selalu menjaga diri dan anggota keluarga dari api neraka.
2. Agar jangan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
3. Orang yang dimuliakan Allah adalah orang yang berdoa agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Adapun bentuk-bentuk pendidikan anak dalam Islam sebagaimana digambarkan dalam Surat Luqman 13-19 sebagai berikut; 1) Pendidikan tauhid, 2) Pendidikan shalat, 3) Pendidikan sopan santun dalam keluarga, 4) Pendidikan sopan santun dalam m,asyarakat, 5) Pendidikan kepribadian.
d. Pendidikan Hankam dakwah Islam
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan mesjid, selain untuk tempat salat juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Mesjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.Dasar kedua, adalah ukhuwah Islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah, dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum muhajirin tersebut. Dengan demikian, diharapkan, setiap muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Dalam hijrah Nabi ke Madinah inilah puncak kejayaan Islam pada zamannya Rasulullah.
BAB I PENDAHULUAN
Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang meng-agumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Berikut ini adalah pendapat yang disepakati oleh mereka yang bertemu dan melihat langsung Rasulullah saw.
Ad-Darimi dan al-Baihaqi mentakhrij bahwa Jabir bin Samurah berkata,
“Aku melihat Nabi saw. pada malam bulan purnama, dan ketika aku bandingkan antara wajah Nabi saw. dan indahnya bulan, saya dapati wajah Nabi saw. lebih indah dibandingkan rembulan.”
Manusia kadang-kadang tidak memegang teguh kejujuran dan kebenaran dalam candanya, tetapi canda Rasulullah saw adalah jujur dan benar, serta memerintahkan kepada umatnya untuk memegang teguh kejujuran dalam segala situasi dan kondisi.
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Seorang datang pada Nabi saw. dan meminta pada beliau untuk dinaikkan kendaraan, Rasulullah saw. menjawab, ‘Aku akan menaikkan kamu pada anak unta.’ Lelaki itu menukas, Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat dengan anak unta?’ Rasulullah menjawab, Tidakkah unta hanya melahirkan anak unta (Maksudnya, bukankah anak unta itu juga unta).’” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fisik Rosulullah
Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang mengagumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Berikut ini adalah pendapat yang disepakati oleh mereka yang bertemu dan melihat langsung Rasulullah saw.
Ad-Darimi dan al-Baihaqi mentakhrij bahwa Jabir bin Samurah berkata,
“Aku melihat Nabi saw. pada malam bulan purnama, dan ketika aku bandingkan antara wajah Nabi saw. dan indahnya bulan, say a dapati wajah Nabi saw. lebih indah dibandingkan rembulan.”
At-Tirmidzi dan al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata,
“Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah dari Rasulullah saw.. Seakan-akan mentari bersinar dari wajah beliau. Aku tidak pernah dapati seseorang yang lebih cepat jalannya dibandingkan beliau, seakan-akan bumi melipat sendiri tubuhnya saat beliau berjalan. Ketika aku ikut berjihad, aku lihat beliau tidak pernah berlindung di balik perisai.”
Bukhari-Muslim meriwayatkan bahwa al-Barra berkata,
“Rasulullah saw. mempunyai pundak yang lebar, rambutnya mencapai ujung telinga,
dan tidak pernah ada orangyang lebih indah dipandang dibandingkan beliau.”
Muslim meriwayatkan dari Abu Thufail bahwa ia pernah diminta untuk menceritakan tentang Rasulullah saw. kepada kami, kemudian ia menjawab,
“Beliau memiliki wajah yang putih dan berseri.”
Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata,
“Rasulullah saw. memiliki dua kaki yang kokoh dan tegap, dan wajah yang indah, yang belum pernah kutemukan wajah seindah itu sebelumnya.”
Abu Musa Madini meriwayatkan dalam kitab ashShahabah bahwa Amad bin Abad al-Hadhrami berkata,
“Aku melihat Rasulullah saw., dan tidak pernah melihat wajah seindah itu sebelumnya
maupun sesudahnya.”
Ad-Darimi meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata,
“Aku tidak pernah temukan orangyang lebih berani, dermawan, dan lebih bersinar wajahnya, dibandingkan Rasulullah saw..”
Ahmad dan Baihaqi meriwayatkan bahwa Mahrasy Kahti berkata,
“Rasulullah saw. mengambil umrah darijiranah, pada malam hari. Dan, ketika soya melihat bagian belakang tubuh beliau, say a seperti melihat perakyang menyala.”
Abdullah bin Imam Ahmad serta al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Ali r.a. berkata,
“Rasulullah saw. bukanlah orangyang tubuhnya tinggi menjulang.Jika berjalan bersama rombongan, beliau tampak menonjol. Wajahnya putih, kepalanyabesar, alis matanya panjang dan hitam, danjika ada keringat yang menetes dari wajah beliau, akan tampak seperti mutiara. Aku tidak pernah melihat wajah seindah wajah beliau, sebelumnya atau setelahnya.”
Deskripsi tentang Rasulullah saw. yang diberikan oleh Hindun bin Abi Halah,
“Tubuh Rasulullah saw. menampakkan pribadiyang agung. Wajahnya bersinar seperti bulan purnama. Kepalanya besar. Rambutnya keras. Kuliatnya putih ke-merahan. Keningnya luas. Alisnya tebal.Jika marah, keningnya meneteskan keringat. Hidungnya mancung. Tubuhnya diliputi cahaya. Orangyang tidak memperhatikan dengan saksama menyangkanya amat tinggi.Jenggotnya tebal. Matanya hitam. Kedua pipinya tirus. Mulutnya lebar. Giginya indah. Memiliki bulu halus di atas perut. Lehernya amat halus. Tubuhnya sedang. Sedikit gemuk dan tegap, dengan perut dan dada yang seimbang. Dadanya bidang. Kedua pergelangan tangannya panjang. Telapak tangannya luas. Kedua kaki dan tangannya kekar. Jari-jarinya panjang. Jalannya tegap, seperti sedang turun dari ketinggian. Jika menoleh, dengan seluruh tubuhnya. Pandangannya selalu tertunduk he tanah, danjarang sekali mendongakkan matanya he langit....”
Jika Rasulullah menyentuh seseorang, orang itu akan merasakan ketenangan yang mengagumkan, dan perasaan ketinggian ruhani yang menakjubkan. Ahmad meriwayatkan bahwa Sa’d bin Abi Waqqash berkata.
2.2 Sifat-sifat Asasi Rosulullah
Setiap rasul Allah wajib memiliki empat sifat asasi berikut ini, sehingga pantas untuk mengemban risalah,
1. Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam segala kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan kenyataan; baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun ketika bernubuat Apabila sifat ini rusak sedikit saja, maka risalah yang ia bawa pun secara otomatis rusak pula karena manusia tidak percaya dengan rasul yang tidak jujur. Seorang rasul yang jujur, tidak sedikit pun dari perkataannya yang mengandung kebatilan, dalam kondisi dan situasi apa pun.
2. Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan apa yang ia serukan, sebagai wakil dari Allah. Tugas rasul adalah menyam-paikan kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada mereka Apabila seorang rasul sendiri tidak menegakkan kandungan risalah itu, maka hal itu menunjukkan bahwa ia tidak berinteraksi dengan isi risalah tersebut, dan itu menjadi bukti kedustaannya dalam menyampaikan risalah. Seorang rasul yang mempunyai hubungan langsung dengan Allah, pastilah amat mengerti tentang keagungan Allah, dan tidak mungkin melanggar perintah Allah. Tindakan melanggar perintah Allah adalah suatu pengkhianatan ke-pada-Nya, dan orangorang yang tidak amanah tentunya tidak pantas mengemban risalah.
3. At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu daya, konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghalangi dakwah-nya. Juga, istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menye-leweng darinya, meskipun menghadapi bujukan apa pun. Tanpa tablig (penyampaian) , niscaya risalah Hahi tidak akan muncul. Tanpa kontinuitas serta kesabaran dalam bertablig, niscaya risalah tersebut tidak akan bertahan keberadaannya Adapun tunduk pada tekanan manusia atau bujukan mereka saat menyampaikan risalah itu, menjadi bukti kebohongan klaim penyampaian risalah dari Allah. Tidak ada yang menyampaikan risalah Allah kecuali orang yang cintanya pada Allah mengalahkan segalanya Hanya Allahlah yang agung di sisinya, dan hanya ridha-Nya yang menjadi tujuannya.
4. Al-AqlulAzhim atau intelegensi yang cemeriang. Manusia tidak tunduk dan mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agarmereka merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah. Tanpa intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan mampu meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa, khusus-nya bagi orangorang yang memiliki wawasan luas dan intelektualitas yang tinggi. Ia juga tidak akan mampu menghadapi serangan orang-orang yang memusuhi ajarannya, yang menolak dakwahnya, dan yang menyimpang dari jalan kebenaran. Oleh karena itu, seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas, paling berakal, paling bijak, dan paling sem-purna pengetahuannya dibandingkan manusia yang lain, sehingga keberada-an dirinya sendiri bisa menjadi bukti kebenaran risalah yang ia sampaikan.
Apabila keempat sifat ini berkumpul dalam diri seorang manusia yang mengklaim dirinya seorang rasul Allah, disertai tanda-tanda kerasulan lainnya, tanpa ada hal yang mencegah klaimnya, maka hal itu dapat menjadi bukti dan dalil kebenaran pengakuannya. Ketika tidak ada alasan untuk mendustakan kejujuran seseorang yang terkenal jujur, tidak ada penjelasan bagi komitmennya yang kuat, kecuali ketundukannya kepada Allah swt. Bertahannya sang penyampai risalah dalam bertablig, meskipun banyak faktor yang mendorongnya untuk mundur, yang membuktikan keikhlasannya pada dakwah yang ia bawa, dan pada Tuhan yang ia junjung risalah-Nya, serta adanya dakwah yang disertai hujjah yang sempurna berikut pembawa dakwah yang mampu memberikan bukti kebenaran dakwah tersebut dalam segala seginya, menjadi bukti kebenaran dakwah dan risalah tersebut.
2.3 Kejujuran Rosulullah
1) Kejujuran Rasulullah saw. dalam Canda
Manusia kadang-kadang tidak memegang teguh kejujuran dan kebenaran dalam candanya, tetapi canda Rasulullah saw adalah jujur dan benar, serta memerintahkan kepada umatnya untuk memegang teguh kejujuran dalam segala situasi dan kondisi.
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Seorang datang pada Nabi saw. dan meminta pada beliau untuk dinaikkan kendaraan, Rasulullah saw. menjawab, ‘Aku akan menaikkan kamu pada anak unta.’ Lelaki itu menukas, Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat dengan anak unta?’ Rasulullah menjawab, Tidakkah unta hanya melahirkan anak unta (Maksudnya, bukankah anak unta itu juga unta).’” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Zaid bin Aslam berkata, “Seorang wanita yang disebut Ummu Aiman datang
kepada Nabi saw. dan berkata, ‘Suamiku mengundangmu.’ Nabi menimpali
(dengan nada bergurau), ‘Siapakah ia? Apakah ia yang di matanya ada putih-putihnya?’ Wanita itu berkata, ‘Demi Allah, tidak ada putih-putih pada matanya.’ Beliau menjawab, Thenar, pada matanya ada putih-putihnya.’ Ia berkata, Tidak demi Allah.’ Beliau menjawab, Tidak ada seorang pun kecuali di matanya ada putih-putihnya.’” Beliau memaksudkan putih biasa yang melingkari kornea mata, tetapi wanita itu memahaminya sebagai putih di tengah-tengah mata yang berarti lelaki tersebut terkena penyakit mata semacam katarak.
Ahmad meriwayatkan dari Anas, “Seorang lelaki dari Badui bernama Zahir
memberi hadiah Nabi dengan suatu hadiah dari Badui, maka Nabi memper-
hatikannya ketika hendak keluar. Rasulullah bersabda, ‘Zahir adalah orang Badui
kita dan kita adalah orang kotanya.’ Ia adalah lelaki yang kurus dan Rasulullah
menyukainya. Ketika ia sedang menjual barang-barangnya, Rasulullah menda-
tanginya dan mendekapnya dari belakang, saat itu ia tidak melihat Nabi. Zahir
berkata, ‘Lepaskan aku, siapa ini?’ Lalu, ia menoleh dan mengenal Rasulullah. Ia
membiarkan punggungnya melekatpada dada Nabi ketika ia mengetahui bahwa
yang mendekap adalah Nabi. Rasulullah lalu berkata (dengan nada bercanda),
*Siapa yang mau membeli seorang hamba?’ Zahir lalu menyahut, Wahai
Rasulullah, jadi, demi Allah engkau menjadikan aku murah tak laku.’ Rasulullah
saw. bersabda, ‘Kamu di sisi Allah tidak murah.’ Atau beliau bersabda, ‘Kamu
mahal di sisi Allah.’” Diriwayatkan oleh orang-orang tsiqah. Dari perbincangan di
atas, beliau memaksudkan hamba adalah hamba Allah, dan kita semua adalah
hamba Allah swt.
At-Tirmidzi mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Hasan berkata, “Seorang nenek-nenek mendatangi Nabi saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, doakanlah pada Allah agar memasukkan aku ke surga.’ Beliau menjawab, Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya perempuan tua tidak masuk ke dalam surga.’ Maka perempuan tua itu berpaling dan menangis. Beliau bersabda, ‘Beri tahu ia bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua. Allah berfirman,
‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”‘ (al-Waaqi’ah: 35-36)
At-Tirmidzi juga mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Anas berkata,
“Rasulullah berkata kepadaku, Wahai yang memiliki dua kuping.’” Abu Samar
berkomentar bahwa maksud beliau adalah bergurau, setiap manusia memiliki dua
kuping.
Anda lihat dari contoh-contoh di atas bahwa canda beliau tidak keluar dari kebenaran dan kejujuran, melainkan menggunakan cara yang halus, sampai kadang tidak dimengerti lawan bicaranya, sehingga lawan bicaranya tersebut memahaminya dengan pemahaman yang lucu. Begitulah, semua canda dan gurau beliau adalah jujur dan benar.
At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Para sahabat berkata, Wahai Rasulullah. Engkau bergurau dengan kami.’ Beliau bersabda,
‘Aku tidak berkata kecuali benar.’”
Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.
2) Kejujuran Rasulullah dalam Janji
Abu Dawud meriwayatkan bahwa Abdullah bin Abi Khansa berkata, “Aku melakukan transaksi jual-beli dengan Nabi saw. sebelum beliau diutus, dan ada sisa barang yang belum aku berikan padanya, lalu aku menjanjikan padanya untuk memberikannya di tempatnya itu. Di hari yang telah ditentukan itu dan hari setelahnya ternyata aku lupa mendatanginya, aku datang pada hari yang ketiga, aku dapati beliau telah berada di tempat itu. Beliau berkata, Wahai Pemuda, kau telah menyusahkan aku, aku telah berada di sini selama tiga hari menunggumu.’”
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim, “Rasulullah sedang duduk membagi
rampasan perang Hawazin di Hunain, seseorang berdiri di hadapan beliau dan
mengatakan, ‘Engkau mempunyai janji denganku wahai Rasulullah.’ Beliau
menjawab, ‘Kamu benar, ambillah yang kamu inginkan.’ Lelaki itu berkata, ‘Aku
ambil delapan puluh domba dan penggembalanya.’ Beliau menjawab, Ya, itu
milikmu.’ Lelaki itu berkata, ‘Engkau memutuskan dengan mudah sekali.
Inilah contoh-contoh dari kejujuran dan kesetiaan beliau dalam menepati janji dan perjanjian. Tidak pernah terjadi bahwa Rasulullah saw. berjanji atau membuat perjanjian kemudian beliau ingkar atau berkhianat. Kalimat yang terucap dari Rasulullah saw. adalah jaminan yang tidak ada jaminan setelahnya.Sampai-sampai musuhnya yang paling keras dan paling lama memusuhi beliau dalam perjalanan dakwah beliau tidak ragu-ragu untuk
memasukkan dirinya dalam naungan kaum muslimin, jika telah mereka pastikan bahwa yang menjamin keamanan mereka adalah Muhammad saw. Mereka percaya bahwa perkataan Muhammad adalah jaminan yang tidak sama dengan jaminan lainnya. Siapa yang menelusuri peristiwa-peristiwa sirah pasti menemukan contoh yang banyak atas hal ini. Itulah sifat shidiq (jujur dan benar) yang dimiliki para nabi. Tidak pernah berubah sama sekali.
2.4 Kebersihan Badan Nabi saw.
1. Nabi menyukai harum-haruman “Belum pernah aku mencium minyak anbar dan kasturi yang lebih harum dari Rasulullah saw.” (HR Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi dari Anas bin Malik ).
2. Keringat Nabi saw. “Tidaklah Nabi saw. berjalan melalui satu jalan saja, kemudian datang seorang mengikuti beliau. Orang mengetahui bahwa beliau sedang berjalan-jalan adalah dari bau keringat baliau.” (HR ad-Darimi dari Jabir r.a)
3. Nabi saw. Menyukai wangi-wangian. “Aku berikan kepada Nabi saw. wangi-wangian yang paling beliau sukai sehingga saya lihat minyak wangi mengkilap di kepala dan janggut beliau.” (HR Bukhori dari Aisiyah r.a)
4. Nabi saw. suka meminyaki tubuhnya. “Rasulullah saw. pernah meminyaki tubuhnya dengan nurah. Setelah selesai, beliau bersabda “Hai kaum Muslimin, pakailah nurah karena nurah semacam minyak untuk meminyaki tubuh dan bersih, dan sesungguhnya dengan minyak itu Allah melenyapkan kotoran-kotoranmu dan bulu-bulumu.” (HR Ahmad dari Aisyah r.a)
5. Nabi saw. bercelak. “Nabi saw, mempunyai alat celak yang beliau gunakan untuk bercelak tiga kali tiap malam, tiga kali waktu ini dan tiga kali waktu itu (tiga kali pada mata kanan dan tiga kali pada mata kiri).” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abas).
6. Nabi saw, suka mendandani rambut. “seorang laki-laki mengintai dari celah dinding rumah Nabi saw. sedang beliau menyisir dengan sisir.” (HR Bukhori dari Sahal bin Sahal bin Saad r.a)
7. Nabi saw.suka memelihara janggut
8. Nabi saw.suka membersihkan gigi
9. Nabi saw.suka membersihkan anggota badan yang lainnya.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada halaman sebelumnya dapat disimpulkan bahwa banyak riwayat menyebutkan jika seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang mengagumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Selain itu sifat asasi Rosulullah antara lain Al-AqlulAzhim, Ash-Shidqul Muthlaq, At-Tablighul dan Al-Iltizamul Kamil. Serta Rosulullah jujur dalam bercanda dan jujur dalam janji,selain itu Rosulullah suka memakai wewangian dan senantiasa menjaga kebersihan badannya. Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.
DAFTAR PUSTAKA
Alquranul Karim
Anonimus.2009.Pribadi Rosulullah.http://www.rezaervani.com
-----------.2009.Sifat Nabi Muhammad.Komunitas :http://groups.yahoo.com/group/rezaervani
Bila fluida mengalir melalui pipa, maka akan terjadi gesekan antara fluida dengan dinding pipa, hal ini mengakibatkan kecepatan aliran semakin ke pusat pipa semakin besar. Kelajuan aliran rata-rata yang dinyatakan dalam Q ditulis sebagai berikut:
Q = Av = ΔV/Δt
Persamaan di atas adalah persamaan debit aliran. Kelajuan aliran tergantung dari sifat fluida, dimensi pipa, dan perbedaan tekanan di kedua ujung pipa. Jean Poiseuille mempelajari tentang aliran zat alir dengan viskositas konstan dalam pipa dan tabung yang alirannya laminer.
Dari studinya, Poiseuille berhasil menjabarkan persamaan untuk Kelajuan Aliran yang dikenal dengan hukum Poiseuille, yaitu:
Hukum Poiseuille menyatakan bahwa cairan yang mengalir melalui saluran pipa
akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa dan
pangkat empat jari-jari pipa.
Jadi rumus diatas dapat dinyatakan :
volume/detik = tekanan/tahanan
KEGIATAN DAN PROFESIONALISASI JABATAN GURU


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Figur sebagai seorang guru adalah ujung tombak kesuksesan pendidikan, karena maju mundurnya pendidikan terletak di tangan seorang guru. Dalam kondisi bagaimanapun guru tetap memegang posisi yang sangat vital dan penting, demikian halnya dalam pengembangan IPTEK dan perkembangan global. Eksistensi guru tetap penting, karena peran guru tidak seluruhnya dapat digantikan dengan teknologi. Bagaimanapun canggihnya sebuah teknologi, tetap saja bodoh dibandingkan guru, karena IPTEK seperti komputer tidak akan dapat diteladani, bahkan bisa menyesatkan jika penggunaannya tanpa ada kontrol. Fungsi kontrol ini terletak ditangan guru dan membuat posisi guru tetap penting.
Profesionalisme guru, merupakan persoalan kompleks yang akhir-akhir ini tidak pernah henti-hentinya didiskusikan, terutama dalam kaitannya dengan sertifikasi guru. Dikalangan – kalangan profesi yang ada, terdapat kesepakatan tentang pengertian profesi, yaitu profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menurut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Namun, ketika dilacak secara mendalam apa dibalik batasan itu, banyak perbedaan ditemukan. Seluk – beluk profesi tidaklah sederhana, bahkan mulai kosep dasar tentang profesi terdapat perbedaan mendasar. Misalnya profesi tertentu mensyaratkan anggotanya layak disebut profesional manakala pendidikannya sarjana ke atas, dalam profesi lain hal ini tidak penting.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah pada kesempatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok sebagai salah satu komponen penilaian pada mata kuliah Profesi Kepedidikan. Selain itu, makalah yang kami susun agar dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa khususnya dan para guru pada umumnya tentang Kegiatan dan Jabatan Guru serta Eksistensi dan Proteksi Jabatan Guru. Makalah ini tidak saja bermanfaat bagi guru tetapi juga bagi tenaga kependidikan lain, dan masyarakat pada umumnya, demi terciptanya pendidikan yang berkualitas dalam mewujudkan masyarakat madani dengan sumber daya manusia yang bermutu. Semua itu hanya dapat diwujudkan oleh seorang guru yang profesional, yang mampu menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan.
C. Sistematika Makalah
Makalah berikut mengupas hal – hal yang terkait dengan Kegiatan dan Jabatan Guru yang meliputi Eksistensi dan Proteksi Jabatan Guru, Syarat – Syarat Profesi Jabatan Guru, Makna Jabatan Guru sebagai Jabatan Fungsional, Kriteria Khusus Jabatan untuk Guru. Profesi dan Profesionalisasi Jabatan Guru yang meliputi Pengertian Profesi dan Profesionalisasi, Tantangan Profesionalisasi Jabatan Guru, Upaya Peningkatan Profesi Guru di Indonesia. Dan terakhir pada bab ini dijelaskan tentang Pembinaan Profesi Guru melalui Kegiatan On-Service Lesson Study. Hal ini sangat penting mengingat bahwa keberhasilan seorang guru menguasai profesinya tergantung dari tinggi rendahnya penguasaan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang dimiliki akibat dari tinggi rendahnya aktifitas dalam mengajarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kegiatan dan Jabatan Guru
1. Eksistensi dan Proteksi Jabatan Guru
Menurut pandangan tradisional, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Menurut departemen pendidikan dan kebudayaan, guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga menunjang hubungan sebaik – baiknya dengan anak didik, sehingga menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan, keilmuan. Menurut kamus besar bahasa indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
Bardasarkan sejumlah sumber dapat disimpulkan bahwa seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid – muridnyadi depan kelas. Akan tetapi, dia seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid – muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, seorang guru hendaklah bercita – cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta barperikemanusiaan yang mendalam. Disamping mengajarkan ilmu pengetahuan, guru juga harus mampu membentuk pribadi peserta didik.
Pada pasal 27 dan 28 Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional mengakui eksistensi guru sebagai profesi serta sekaligus melakukan proteksi dan pengakuan yang lebih pasti terhadap jabatan guru.
2. Syarat – syarat profesi jabatan guru
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
b. Seorang pekerja prifesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep – konsep serta prisip – prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
e. Membutuhkan suatu kagiatan intelektual yang tinggi.
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.
g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian.
h. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi seorang anggota yang permanen.
3. Makna Jabatan Guru Sebagai Jabatan fungsional
Pengakuan jabatan guru merupakan pengakuan resmi pemerintah. Di negara kita status itu bukan lagi rekomendasi melainkan telah ditegaskan secara yuridis melalui undang – Undang . Segi lainnya adalah perlindungan hukum bagi guru dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dijamin dalam pasal 30 UU SPN mengenai hak – hak mengenai tenaga pendidikan. Dalam ayat 3 dikemukakan bahwa tenaga pendidik berhak memperoleh perlindungan hukum dalam menjalankan tugasnya.
Menutut Undang – Undang Nomor 8/1974 tentang pokok kepegawaian, ada dua jenis pegawai negeri sipil, yakni jabatan struktural dan jabatan fungsional,. Jabatan struktural dan jabatan fungsional manajer yang disusun pada struktur organisasi serta dibawahi oleh satu jabatan atasan dan membawahi beberapa struktur bawahan.
Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan profesi yang disusun untuk menerapkan fungsi tertentu suatu organisasi, yang didasarkan pada tingkat keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi dan profesinya.
Guru adalah jabatan fungsional bagi pegawai negeri sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan disekolah.secara rinci jabatan fungsional adalah sebagai berikut :
Pangkat Gol–Ruang Jabatan
Penatur Muda II/a Guru Pratama
Pengatur Muda Tk.1 II/b Guru Pratama Tk.1
Pengatur II/c Guru Muda
Pengatur Tk.1 II/d Guru Muda Tk.1
Penata Muda III/a Guru Madya
Penata Muda Tk.1 III/b Guru Madya Tk.1
Penata III/c Guru Dewasa
Penata Tk.1 III/d Guru Dewasa Tk.1
Pembina IV/a Guru Pembina
Pembina Tk.1 IV/b Guru Pembina Tk. 1
Pembina Utama Muda IV/c Guru Utama Muda
Pembina Utama Madia IV/d Guru Utama Madya
Pembina Utama IV/e Guru Utama
Jabatan guru guru terdiri empat bentuk keinginan atau aktifitas, yakni :
a. Pedidikan
b. Proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan.
c. Pengembangan profesi, dan
d. Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.
Keempat bentuk aktifitas itu terdiri atas beberapa aktifitas sebagai berikut:
Aktifitas pendidikan yang mesti dilakukan oleh guru meliputi dan memperolah ijazah formal, melingikuti dan memperoleh surat tamat pendidikan dan latihan (STTPL) kedinasan. Aktifas PBM atau BP meliputi aktifitas melaksanakan PBM atau praktek atau melaksanan proses Bp, melaksanakan tugas didaerah tepencil, melaksanakan tugas tertentu di sekolah.
Tiga unsur utama yang terjadi tolak unsur tiap jabatan fungsional adalah :
a. Pelaksanan tugas sehari – hari,
b. Mengembangkan ilmu dan keterampilan dan,
c. Pengabdian pada masyarakat.
Unsur – unsur yang dimulai dalam perolehan angka kredit terdiri dari dari unsur utama (meliputi aktifitas pendidikan, PBM atau BP dan mengembangkan profesi) minimal 70% dan unsur penunjang (aktifitas penunjang PBM atau BP) maksimum 30%. Angka kredit adalah angka yang diberikan oleh ketentuan aturan (aturan tridarma pada perguruan tinggi )
Uraian di atas memberikan makna bahwa semua guru mesti mengumpulkan nilai minimal angka kredit untuk kenaikan pangkat berikutnya. Cepat tidaknya kenaikan pangkat seorang guru sangat tergantung kepada kegiatan dan aktifitas individunya.
4. Kriteria khusus jabatan untuk guru
a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya – upaya yang bersipat sangat didominasi kegiatan intelektual. oleh sebab itu mengajar seringkali di sebut sebagai ibu dari segala profesi.
b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang awam , dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatanya. Anggota – anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan. Namun belum ada kesepakatan tenteng bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan atau keguruan.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka)
Yang membedakan jabatan profesional dengan non profesional antara lain adalah dalam penyelesaian pendidikan melalui kurikulum yaitu ada yang di atur universitas / institut atau melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah.
d. Jabatan yang memerlukan “latihan dalam jabatan” yang berkesinambungan
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional , sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional ,baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen
Banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu atau dua tahun saja pada profesi mengajar , setelah itu mereka pindah kerja kebidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
f. Jabatan yang menentukan baku (standar) sendiri.
Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah , atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
g. Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi , tidak perlu di ragukan lagi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga negara masa depan.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya.
B. Profesi dan Profesionalisasi Jabatan Guru
1. Pengertian Profesi dan profesionalisasi
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, istilah profesionalisasi ditemukan sebagai berikut :
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu.
Profesional adalah:
a. Bersangkutan dengan profesi.
b. Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan.
c. Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi yaitu :
a. Panggilan hidup yang sepenuh waktu.
Profesi adalah pekerjaan yang menjadi panggilan hidup seseorang yang dilakukan sepenuhnya serta berlangsung untuk jangka waktu yang lama, bahkan seumur hidup.
b. Pengetahuan dan kecakapan / keahlian.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan atas dasar pengetehuan dan kecakapan / keahlian yang khusus dipelajari.
c. Kebakuan yang universal.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan menurut teori, prinsip, prosedur, dan anggapan dasar yang sudah baku secara umum (universal) sehingga dapat pedoman dalam pemberian pelayanan terhadap mereka yang membutuhkan.
d. Pengabdian
Profesi adalah pekerjaan terutama sebagai pengabdian kepada masyrakat bukan untuk mencari keuntungan secara material bagi diri sendiri.
e. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif
Profesi adalah pekerjaan yang mengandung unsur – unsur kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif terhadap orang atau lembaga yang dilayani.
f. Otonomi
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan secara otonomi atas dasar prinsip – prinsip yang ketepatannya hanya dapat diuji atau dinilai oleh rekan – rekan seprofesi.
g. Kode etik
Profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode etik yaitu norma – norma tertentu sebagai pedoman yang diakui serta dihargai oleh masyarakat.
h. Klien
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk melayani mereka yang membutuhkan pelayanan (klien) yang pasti dan jelas subyeknya.
Berikut ini ada beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi:
a. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas.
b. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
c. Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
d. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya dalam memperlakukan kliennya.
e. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.
f. Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam) terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.
2. Tantangan Profesionalisasi Jabatan Guru
Ada enam tahap dalam profesionalisasi, enam tahap itu adalah sebagai berikut:
a. Bidang layanan ahli “unik”yang diselenggarakan itu harus ditetapkan. Dengan adanya Surat Keputusan Men-PAN No. 26/1989 berarti untuk bidang ini dapat dikatakan telah tercapai dan terpenuhi.
b. Kelompok profesi dan penyelenggara pendidikan pra jabatan yang mempersiapkan tenaga guru yang profesional;
c. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada program pendidikan pra jabatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada lulusan program pendidikan pra jabatan yang memiliki kemampuan minimal yang dipersyaratkan (sertifikasi).
e. Secara perorangan dan secara kelompok, kaum pekerja professional bertanggung jawab penuh atas segala aspek pelaksanaan tugasnya.
f. Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar untuk melindungi para anggota yang menjunjung tinggi nilai – nilai profesional, di samping merupakan sarana untuk mengambil tindakan penertiban terhadap anggota yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan suara dan semangat kode etik.
Dari enam tahap itu apabila disimpulkan, maka ada dua aspek yang harus hadir secara baku – tunjang sehingga sesuai bidang layanan, termasuk keguruan – kependidikan, memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai profesi, yaitu:
a. Keterandalan layanan
b. Layanan yang khas itu, diakui dan dihargai oleh masyarakat dan pemerintah
Selanjutnya suatu layanan dapat diandalkan apabila:
a. Pemberi layanan menguasai betul apa yang dikerjakan,
b. Penerima layanan dapat mempercayai bahwa kemaslahatannya didahulukan dalam proses pemberi layanan itu.
3. Upaya Peningkatan Profesi Guru di Indonesia
Tugas guru adalah merangsang potensi peserta didik dan mengajarnya supaya belajar. Guru tidak membuat peserta didik menjadi pintar. Guru hanya memberikan peluang agar potensi itu ditemukan dan dikembangkan. Kejelian itulah yang merupakan ciri kepribadian profesional.
Upaya peningkatan profesi guru di Indonesia sekurang – kurangnya menghadapi dan memperhitungkan empat faktor, yaitu:
a. Ketersediaan guru dan mutu calon guru
b. Pendidikan pra jabatan
c. Mekanisme pembinaan dalam jabatan
d. Peranan organisasi profesi
C. Pembinaan Profesi Guru melalui Kegiatan On-Service Lesson Study
Dalam kegiatan on-service lesson study ini dapat meningkatkan profesionalisme guru. Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar . Tahap-tahap Lesson Sudy meliputi perencanaan (Plan), implementasi dan observasi (Do), serta refleksi (See). Dalam hal ini berlaku prinsip kolegalitas dalam bentuk penelitian bersama terhadap kualitas pengajaran yang dilakukan guru, sehingga Lesson Study dapat digunakan guru sebagai ajang penelitian yang dilakukan guru-guru dalam proses pembelajaran mereka sehari-hari untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kualitas pengajaran mereka.
Kesan bahwa proses pembelajaran itu adalah membosankan, dapat berangsur-angsur hilang jika dalam setiap proses pembelajaran sebagian besar siswa merasa senang belajar. Hal itu dapat tercapai oleh seorang tenaga pengajar yang kompeten di bidangnya, yaitu guru yang menguasai konsep-konsep yang diajarkan dan memiliki metode yang tepat untuk menyampaikannya pada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi yang akan disampaikan, sehingga siswa menjadi senang belajar.
Guru yang kompeten terbentuk melalui pengalaman dan peningkatan ilmu pengetahuan secara berkelanjutan, materi ajar maupun metodologinya. Melalui kegiatan on-service Lesson Study hal itu diharapkan dapat tercapai, karena:
1. Lesson study memungkinkan guru bertambah pengetahuan dan pengalaman hasil sharing pendapat dengan sesama guru.
2. Lesson study mengungkapkan kebutuhan siswa dalam belajar, sehingga guru dapat meningkatkan kualitas kinerjanya pada pembelajaran selanjutnya sehingga pembelajaran makin sesuai dengan kebutuhan siswa.
3. Lesson study mengandung nilai evaluatif dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan, baik dari guru satu bidang studi, guru lain, pengawas, kepala sekolah, dan stake holders (pemangku kepentingan) lainnya, sehingga dapat memperkaya pengalaman guru.
4. Lesson study mempermudah fungsi supervisi kepala sekolah, sebab kepala sekolah dapat langsung menilai kinerja guru dan langsung merevisinya.
5. Prinsip utama Lesson Study adalah terus berlangsungnya perubahan pembelajaran pada tingkat yang lebih baik. Jika guru sudah merasa baik dalam melaksanakan pembelajaran, maka pada saat itulah Lesson Study ”mati”
BAB III PENUTUP
A. Tanggapan
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada pengembangnya) dalam liberal arts dan science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual, seperti mengajar, keinsinyuran, mengarang, dan sebagainya; terutama kedokteran, hukum dan teknologi. Good’s Dictionary of Education lebih menegaskan lagi bahwa profesi itu merupakan suatu pekarjaan yang meminta pekerjaan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi (kepada pengembangnya) dan diatur oleh suatu kode etika khusus. Lima konsep tentang profesi yaitu: Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas, Profesionalisasi.
Setiap guru wajib melakukan berbagai kegiatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya. Lingkup kegiatan guru tersebut meliputi : (1) mengikuti pendidikan, (2) menangani proses pembelajaran, (3) melakukan kegiatan pengembangan profesi dan (4) melakukan kegiatan penunjang. Berkaitan dengan program Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah, maka penulisan karya ilmiah adalah salah satu dari kegiatan pengembangan profesi guru. Kegiatan pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan keterampilan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya maupun lingkup sekolah pada khususnya.
Meskipun demikian seorang guru yang menduduki posisi penting dalam perkembangan dunia pendidikan harus memiliki kriteria tentang guru, sebab tidak semua guru itu penting kalau ia tidak dapat menggunakan dan memberikan teladan bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya. Bahkan tidak jarang ada guru yang bisa menyesatkan perkembangan anak bangsa. Misalnya guru yang memaksakan kehendak sendiri terhadap peserta didik, mempersulit perkembangan peserta didik, pilih kasih, tidak adil.
Dari analisis pembahasan tentang profesi dan jabatan guru di atas, peningkatan jabatan dan profesionalisasi seorang guru sangat penting guna memajukan kualitas pendidikan di negara kita.
B. Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi itu pada hakikatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya. Di dalam suatu profesi juga terdapat jabatan. Jabatan guru terdiri empat bentuk aktifitas, yakni pedidikan, proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan, pengembangan profesi, dan penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.
Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja, independent (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif), tepat (efektif), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif. Pengembangan wawasan dapat dilakukan melalui forum pertemuan profesi, pelatihan ataupun upaya pengembangan dan belajar secara mandiri.
Sejalan dengan hal di atas, seorang guru harus terus meningkatkan profesionalismenya melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran maupun kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik memiliki keterampilan belajar, mencakup keterampilan dalam memperoleh pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam pengembangan jati diri (learning to be), keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup berdampingan dengan sesama secara harmonis (learning to live together).
DAFTAR PUSTAKA
Sucipto dan raffi kosasih.1999. Profesi keguruan. Jakarta : Rhineka cipta
Udin syafruddin, saud.2009.Pengembangan Profesi Guru. Bandung : alfabeta
A. Pengertian Besaran
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Secara Langsung
Yaitu ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur, langsung menyatakan nilai besaran yang diukur, tanpa menggunakan rumus untuk menghitung nilai yang diinginkan.
2. Secara tidak langsung
Yaitu dalam pengukuran memerlukan penghitungan tambahan untuk mendapatkan nilai besaran yang diukur.
Untuk mendaptkan hasil pengukuran yang akurat, faktor yang harus diperhatikan antara lain :
- alat ukur yang dipakai
- aturan angka penting
- posisi mata pengukuran (paralax)
Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar x0. Kesalahan dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Keteledoran
Umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada pengamat, diantaranya kurang terampil menggunakan instrumen, terutama untuk instrumen canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang kecil.
2. Kesalahan sistmatik
Adalah kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kuantitatif), contoh : kesalahan pengukuran panjang dengan mistas 1 mm, jangka sorong, 0,1 mm dan mikrometer skrup 0,01 mm
3. Kesalahan acak
Merupakan kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bialangan (kualitatif),
Contoh :
- kesalahan pengamat dalam membaca hasil pengukuran panjang
- pengabaian pengaruh gesekan udara pada percobaan ayunan sederhana
- pengabaian massa tali dan gesekan antar tali dengan katrol pada percobaan hukum II Newton.
Ketidakpastian pada Pengukuran
Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa hal misalnya batas ketelitian dari masing-masing alat dan kemampuan dalam membawa hasil yang ditunjukkan alat ukur.
Beberapa istilah dalam pengukuran:
· Ketelitian (accuracy)
adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai yang diukur terhadap nilai benar X0
· Kepekaan
adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi (dikenal) oleh instrumen, misal galvanometer memiliki kepekaan yang lebih besar daripada Amperemeter / Voltmeter
· Ketepatan (precision)
adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sama.
· Presisi
berkaitan dengan perlakuan dalam proses pengukuran, penyimpangan hasil ukuran dan jumlah angka desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran.
· Akurasi
yaitu seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya.
Ketelitian alat ukur panjang
1. Mistar : 1 mm
Mistar berskala terkecil memiliki memiliki ketelitian sampai 0,5 mm atau 0,05 cm. Ketelitian alat untuk satu kali adalah setengah skala terkecil.
Panjang benda melebihi 8,7 cm
Panjang kelebihan ditaksir 0,05 cm
Hasil pengukuran panjang 8,75 cm
Batas ketelitian ½ x 1 mm = 0,5 mm
2. Jangka Sorong : 0,1 mm
Jangka sorong memiliki ketelitian sampai 0,1 mm atau 0,1 cm. Jangka sorong terdiri dari rahang tetap yang berskala cm dan mm, dan rahang sorong (geser) yang dilengkapi dengan skala nonius yang panjangnya 9 mm dan dibagi dalam 10 m skala. Panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm.
Benda skala antara rahang utamadengan rahang sorong adalah 0,1mm sehingga ketidakpastian dari jangka sorong adalah ½ x 0,1 mm = 0,005 mm
Contoh:
Sebuah benda diukur dengan jangka sorong dengan kedudukan skala seperti pada gambar, maka panjang benda:
Skala Utama = 26 mm
Skala nonius 0,5 mm
Batas ketelitiannya ½ skala terkecil = ½ x 0,1 mm = 0,05 mm
3. Mikrometer sekrup 0,01 mm
Mikrometer skrup memiliki ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer skrup juga memiliki dua skala , yaitu skala utama yang berskala mm (0,5 mm) dan skala nonius yang terdapat pada selubung luar. Skala nonius memiliki 50 bagian skala yang sama. Bila diselubung luar berputar berputar satu kali, maka poros berulir (rahang geser) akan maju atau mundur 0,5 mm. Bila selubung luar berputar satu bagian skala, maka poros berulir akan maju atau mundur sejauh 0,02 x 0,5 mm = 0,01 mm, sehingga kepastian untuk mikrometer sekrup adalah ½ x 0,01 mm = 0,005 mm untuk pengukuran tungga. Pelaporan hasil pengukuran adalah (X ± DX).
Cara meningkatkan ketelitian antara lain:
1. Waktu membaca alat ukur posisi mata harus benar
2. Alat yang dipakai mempunyai ketelitian tinggi
3. Melakukan pengukuran berkali-kali
Pengukuran dengan jangka sorong
Cara menentukan / mebaca jangka sorong:
Angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0 pada nonius adalah 2,1 cm dan 2,2 cm.
Garis nonius yang tepat berhimpit dengan garis skala utama adalah garis ke-5, jadi x = 2,1 cm + 5 x 0,01 cm = 2,15 cm (dua desimal)
Ketidakpastian
mikrometer sekrup ½ x 0,01 mm = 0,005 mm
Jadi hasil pengukurannya
APLIKASI FISIKA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Banyak orang yang beranggapan bahwa Fisika hanya sekedar ilmu biasa yang hanya mempelajari ilmu alam tanpa ada penerapannya. Terutama masih banyak orang yang beranggapan bahwa Fisika hanya mempelajari rumus. Dan tak sedikit yang tidak menyadari bahwa banyak peristiwa bahkan hal-hal yang sangat dekat dengan kita melibatkan ilmu Fisika. Bahkan Fisika merupakan ilmu dasar yang sangat dibutuhkan oleh cabang ilmu-ilmu lain. Mengapa Fisika sangat penting dalam kehidupan kita? Tentu karena banyak peristiwa dalam kehidupan kita yang melibatkan ilmu Fisika baik kita sadari maupun tan.pa kita sadari. Semakin kita memahami Fisika kita akan mengetahui bahwa Fisika mempunyai cakupan yang luas. Berikut adalah contoh aplikasi ilmu Fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Aplikasi Gerak Lurus Beraturan
Gerak Lurus Beraturan (GLB) merupakan gerak yang memiliki kecepatan yang konstan. Walaupun GLB sulitditemukan dalam kehidupan sehari-hari, karena biasanya kecepatan gerak benda selalu berubah-ubah. Misalnya ketika dirimu mengendarai sepeda motor atau mobil, laju mobil pasti selalu berubah-ubah. Ketika ada kendaraan di depan, pasti kecepatan kendaraan akan segera dikurangi. Hal ini agar kita tidak tabrakan dengan pengendara lain, terutama jika kondisi jalan yang ramai. Lain lagi jika kondisi jalan yang tikungan dan rusak.
Contoh kedua: kendaraan yang melewati jalan tol. Walaupun terdapat tikungan pada jalan tol, kendaraan beroda bisa melakukan GLB pada jalan tol hal ini jika lintasan tol lurus. Kendaraan yang bergerak pada jalan tol juga kadang mempunyai kecepatan yang tetap.
Contoh kedua, gerakan kereta api atau kereta listrik di atas rel. Lintasan rel kereta kadang lurus, walaupun jaraknya hanya beberapa kilometer. Kereta api melakukan GLB ketika bergerak di atas lintasan rel yang lurus tersebut dengan laju tetap.
Contoh ketiga : kapal laut yang menyeberangi lautan atau samudera. Ketika melewati laut lepas, kapal laut biasanya bergerak pada lintasan yang lurus dengan kecepatan tetap. Ketika hendak tiba di pelabuhan tujuan, biasanya kapal baru mengubah haluan dan mengurangi kecepatannya.
Contoh keempat : gerakan pesawat terbang. Pesawat terbang juga biasa melakukan GLB. Setelah lepas landas, pesawat terbang biasanya bergerak pada lintasan lurus dengan dengan laju tetap. Walaupun demikian, pesawat juga mengubah arah geraknya ketika hendak tiba di bandara tujuan.
Aplikasi GLBB dalam kehidupan sehari-hari.
GLBB merupakan gerak lurus berubah beraturan. Berubah beraturan maksudnya kecepatan gerak benda bertambah secara teratur atau berkurang secara teratur. Perubahan kecepatan tersebut dinamakan percepatan. Secara awam sangat r menemukan benda yang melakukan gerak lurus berubah beraturan. Pada kasus kendaraan beroda misalnya, ketika mulai bergerak dari keadaan diam, pengendara biasanya menekan pedal gas (mobil dkk) atau menarik pedal gas (motor dkk). Pedal gas tersebut biasanya tidak ditekan atau ditarik dengan teratur sehingga walaupun kendaraan kelihatannya mulai bergerak dengan percepatan tertentu, besar percepatannya tidak tetap alias selalu berubah-ubah. Contoh GLBB dalam kehidupan sehari-hari pada gerak horisontal alias mendatar nyaris tidak ada.
Contoh GLBB yang selalu kita jumpai dalam kehidupan hanya gerak jatuh bebas. Pada gerak umit menemukan aplikasi GLBB dalam kehidupan sehari-hari.jatuh bebas, yang bekerja hanya percepatan gravitasi dan besar percepatan gravitasi bernilai tetap. Tapi dengan penerapa ilmu fisika, GLBB dapat ditemukan dalam kegiatan kita sehari-hari. Contohnya buah mangga yang lezat atau buah kelapa yang jatuh dari pohonnya.Jika kita pernah jatuh dari atap rumah tanpa sadar kita juga melakukan GLBB.
Aplikasi gerak vertikal dalam kehidupan sehari-hari :
Gerak vertikal terdiri dari dua jenis, yakni gerak vertikal ke atas dan gerak vertikal ke bawah. Benda melakukan gerak vertikal ke atas atau ke bawah jika lintasan gerak benda lurus. Kalau lintasan miring, gerakan benda tersebut termasuk gerak parabola. Aplikasi gerak vertikal dalam kehidupan sehari-hari misalnya ketika kita melempar sesuatu tegak lurus ke bawah (permukaan tanah), ini termasuk gerak vertikal.
Aplikasi gelombang elektromagnetik:
Saat ini hampir semua orang memiliki peralatan yang satu ini. Dia begitu kecil yang bisa dengan nyaman diletakkan di dalam saku, namun dianggap memiliki fungsi yang sangat besar terutama untuk berkomunikasi. Benda itu adalah sebuah ponsel (telepon seluler). Saat ini ponsel tidak hanya digunakan untuk menelpon saja tetapi juga untuk fungsi lain seperti mengirim dan menerima pesan singkat (sms), mendengarkan musik, atau mengambil foto. Bagaimana perangkat ponsel dapat terhubung dengan perangkat ponsel yang lain padahal mereka saling berjauhan? Konsep yang bisa menjelaskan fenomena ini adalah konsep gelombang elektromagnetik. Konsep gelombang elektromagnetik ternyata sangat luas tidak hanya berkaitan dengan TV atau ponsel saja, melainkan banyak aplikasi lain yang bisa sering kita temukan sehari-hari di sekitar kita. Aplikasi tersebut meliputi microwave, radio, radar, atau sinar-x. Selain itu karya Röntgen yang mengantarkan dirinya mendapatkan hadiah nobel fisika pada 1901 ini akan menjadi sebuah alat yang sangat berguna sekali dalam kedokteran. Sinar-X itulah sebuah fenomena yang ditemukan oleh Roentgen pada laboratoriumnya. Sebuah fenomena yang kemudian menjadi awal pencitraan medis (medical imaging) pertama, tangan kiri istrinya menjadi uji coba eksperimen penemuan ini. Inilah menjadi titik awal penggunaan pencitraan medis untuk mengetahui struktur jaringan manusia tanpa melalui pembedahan terlebih dahulu. Penemuan ini juga menjadi titik awal perkembangan fisika medis di dunia, yang menkonsentrasikan aplikasi ilmu fisika dalam bidang kedokteran.
Eksperimen Röntgen terhadap tangan istrinya, menjadi inspirasi produksi alat yang dapat membantu dokter dalam diagnosa terhadap pasien, dengan mengetahui citra tubuh manusia. Citra atau gambar yang dihasilkan dari sinar-X ini sifatnya adalah membuat gambar 2 dimensi dari organ tubuh yang dicitrakan dengan memanfatkan konsep atenuasi berkas radiasi pada saat berinterakasi dengan materi. Gambar atau citra objek yang diinginkan kemudian direkam dalam media yang kemudian dikenal sebagai film. Dari Gambar yang diproduksi di film inilah informasi medis dapat digali sesuai dengan kebutuhan klinis yang akan dianalisis.
Setelah puluhan tahun sinar-X ini mendominasi dunia kedokteran, terdapat kelemahan yaitu objek organ tubuh kita 3 dimensi dipetakan dalam gambar 2 dimensi. Sehingga akan terjadi saling tumpah tindih stukur yang dipetakan, secara klinis informasi yang direkam di film dapat terdistorsi. Inilah tantangan berikutnya bagi fisikawan untuk berkreasi. Tahun 1971, seorang fisikwan bernama Hounsfield memperkenalkan sebuah hasil invensinya yang dikenal dengan Computerized Tomography atau yang lazim dikenal dengan nama CT Scan. Invensi Hounsfield ini menjawab tantangan kelemahan citra sinar-X konvensional yaitu CT dapat dapat mencitrakan objek dalam 3 Dimensi yang tersusun atas irisan-irisan gambar (tomography) yang dihasilkan dari perhitungan algoritma(bahasa program) komputer. Karya Hounsfield ini menjadi revolusi besar-besaraan dalam dunia pencitraan medis atau kedokteran yang merupakan rangkaian yang berkaitan. Citra/gambar hasil CT dapat menujukan struktur tubuh kita secara 3 dimensi, sehingga secara medis dapat dijadikan sebagai sebuah alat bantu untuk penegakkan diagnosa yang dibutuhkan. Untuk mengabadikan penemunya dalam CT terdapat bilangan CT atau Hounsfield Unit (HU), namun penemuan ini juga meruapakan jasa Radon dan Cormack.
Tahun 1990an, lahir kembali sebuah perangkat yang dikenal dengan nama Magnetic Resonance Imaging. Perangkat ini invensi yang tidak kalah hebatnya dengan CT, karena menggunakan sistem fisika yang berbeda. MRI istilah kerennya menggunakan pemanfaatan aktivitas fisis spin tubuh manusia pada saat berada dalam medan magnet yang kuat dan kemudian dengan sistem gangguan gelombang radio yang sama dengan frekuensi Larmor, menghasilkan sebuah sinyal listrik. Sinyal inilah yang dikenal dengan Free Induction Decay yang kemudian dievaluasi dengan Transformasi Fourier menjadi citra 3 Dimensi. Invensi ini juga sangat fenomenal, karena terobosan baru yang tidak menggunakan radiasi pengion seperti CT dan sinar Roentgen untuk dapat menghasilkan sebuah citra dengan resolusi yang yang sangat baik dalam mencitrakan stuktur tubuh manusia khususnya organ kepala. Inventor MRI mendapat ganjaran hadiah nobel bidang fisologi dan kedokteran tahun 2003.
Inilah sekelumit peranan fisika yang yang sangat revlusioner mengubah dunia kedokteran menjadi modern. Tanpa lahirnya sinar-X, CT, dan MR bagaimana kita dapat mengetahui posisi kelainan yang ada ditubuh kita bagian dalam atau kanker? Dengan karya fisikawan, insiyur, ahli komputer munculah sebuah teknologi yang digunakan untuk penegakkan diagnosa. Banyak teknologi lain yang dikembangkan oleh para fisikawan dan ilmuwan lain untuk kedokteran seperti halnya ultrasonografi, linear accelerator untuk radioterapi, dan juga CT dan USG 4 Dimensi.
Aplikasi energi(nuklir) dalam kehidupan sehari-hari:
Teknologi dan teknik penggunaan nuklir dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang besar untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Misalnya, nuklir dapat digunakan di bidang pertanian, seperti pemuliaan tanaman Sorgum dan Gandum dengan melalui metode induksi mutasi dengan sinar Gamma.
Di bidang kedokteran, teknik nuklir memberikan kontribusi yang tidak kalah besar, yaitu, terapi three dimensional conformal radiotherapy (3D-CRT), yang dapat mengembangkan metode pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya. Dengan teknik ini, kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi, bahkan tanpa merusak jaringan lainnya.
Di bidang energi, nuklir dapat berperan sebagai penghasil energi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). PLTN dapat menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan pembangkit
Aplikasi hukum Newton:
Hukum 1 newton :
sebuah benda mempertahankan kedudukannya
contoh : jika kita dalam sebuah mobil saat mobil itu tiba2 maju badan kita tba2 terdorong
ke belakang
Hukum 2 newton :
kita berada dalam lift
hukum 3 newton :
ini merupakan gaya aksi = reaksi
contoh : saat kita menekan papan tulis (aksi) maka papan tulis memberikan reaksi , bila
aksi lebih besar dari pada reaksi maka papan tulis akan rusak dan sebaliknya
Marilah para ilmuwan bangsaku, berlombalah berkreasi. Minimalnya untuk kemandirian kita akan teknologi untuk melayani kebutuhan bangsa sendiri…..
Fisikawan Indonesia teruslah berkarya terutama Fisikawan Muda.,.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat seta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa pendidik / guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain masih menyanksikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang sepantasnya.
Perlu diketahui pula bahwa profesi keguruan merupakan profesi yang sedang berkembang.pemikiran tentang bagaimana hakikat profesi keguruan kerap kali diperbincangkan. Bagi seorang guru, pengrtahuan tentang profesi keguruan harus benar – benar dimiliki untuk dapat meningkatkan profesionalitas calon seorang guru dalam melaksanakan tugas. Pada makalah ini, akan diajak untuk mengkaji tentang profesi keguruan dalam mengembangkan siswa,agar setelah membaca makalah ini dapat menjelaskan secara tepat,jelas dan benar. Mengenai profesi keguruan dalam mengembangkan siswa.
1.2. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah profesi kependidikan.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri profesi
3. Untuk memahami pengertian profesi guru
4. Untuk mengetahui perlunya profesionalisasi dalam pendidikan
5. Untuk mengetahui syarat-syarat profesi guru
6. Untuk mengetahui ciri-ciri profesional keguruan
7. Untuk mengetahui pola belajar siswa
1.3.Sistematika Makalah
1. Apakah ciri-ciri profesi ?
2. Apakah pengertian profesi guru ?
3. Bagaimanakah profesionalisasi dalam pendidikan ?
4. Apakah syarat-syarat profesi guru ?
5. Apakah ciri-ciri profesional keguruan ?
6. Bagaimanakah pola belajar siswa ?
BAB II
PEMBAHASAN
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya, artinya, tidak bias dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.
2.1 Ciri – Ciri Profesi
Dari definisi yang telah dikemukakan diatas,dapat diangkat beberapa kriteria untuk menentukan ciri – ciri suatu profesi, yaitu sebagai berikut :
1. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memdai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
3. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
4. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para pelakunya dalam memperlakukan kliennya.
5. Ada system imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku
6. Ada pengakuan masyarakat (professional, penguasa, dan awam) terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi (Rochman Natawidjajha,1989).
Dari uraian diatas tentang ciri – ciri sutau profesi, maka profesi mempunyai ciri – ciri sebagi berikut :
1. Fungsi dan signifikansi sosial : suatu profesi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki fungsi dan signifikansikan sosuial dan krusiasi.
2. keterampilan/ keahlian : untuk mewujudkan fungsi ini,dituntut derajat keterampilan /keahlian tertentu.
3. Pemerolehan keterampilan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori atau metode ilmiah.
4. Batang tubuh ilmu : suatu profesi didasarkan kepada suatu disiplin ilmu yang jelas,sistematis dan eksplisit(a systematic body of knowledge) dan bukan hanya common sense.
5. Masa pendidikan : upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan keterampilan atau keahlian tersebut membutuhkan masa latihan yang lama,bertahun – tahun dan tidak cukup hanya beberapa bulan.hal ini dilakukan pada tingkat perguruan tinggi.
6. Aplikasi dan sosialisasi nilai – nilai professional : proses pendidikan tersebut juga merupakan wahana untuk sosialisasi nilai – nilai professional di kalangan para siswa / mahasiswa.
7. Kode etik dalam memberikan pelayanan kepada klien, seoramg professional berpengang teguh kepada kode etik pelaksanaannya dikontrol oleh organisasi profesi. Setiap pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.
8. Kebebasan memberikan judgement : anggota suatu profesi mempunyai kebebasan untuk menetapkan judgement-nya sendiri dalam menghadapi atau memecahkan sesuatu dalam lingkup kerjanya.
9. Tanggung jawab professional dan otonomi : Komitmen pada suatu profesi adalah melanyani klien dan masyarakat dengan sebaik – baiknya. Tanggung jawab professional harus diabadikan kepada mereka. Oleh karena itu, praktek profesional itu otonom dari campur tangan pihak luar.
10. Pengakuan dan Imbalan : sebagai imbalan dari pendidikan dan latihan yang lama, komitmennya dan seluruh jasa yang diberikan kepada klien, maka seseorang profesioanal mempunyai prestise yang tinggi di mata masyarakat dan karenanya juga imbalan yang baik.
Omstein dan Levine bewrpendapat lain tentang ciri – ciri profesi. Ciri – ciri profesi menurut mereka adalah sebagai berikut :
1. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat(tidak berganti – ganti pekerjaan).
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai(tidak setiap orang dapat melakukannya).
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori kepraktek ( teori yang baru dikembangkan dari hasil penelitian).
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya).
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu ( tidak diatur orang luar).
7. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dank lien : dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan.
8. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya : relative bebas dari supervise dalam jabartan ( misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter sendiri).
9. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
10. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya(keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan dihargai oleh organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI),bukan oleh Departemen Kesehatan ).
11. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal – hal yang meragukan atau menyanggsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
12. Mempunyai status social dan ekonomi yang tinggi ( bila dibanding dengan jabatan lainnya )
Tidak jauh berbeda dengan ciri – ciri di atas, Sanusi et.al (1991), mengatakan ciri – ciri profesi sebagai berikut :
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi social yang menentukan (krusial).
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
3. Keterampilan /keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik dan eksplisit,yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai – nilai profesioanal itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat,anggota profesi otonam dan bebas dari campur tangan orang luar.
10. Jabatan ini mempunyai parties yang tinggi dalam masyarakat,dan karenanyamemperoleh imbalan yang tinggi pula.
Ciri – ciri suatu profesi menurut Robert W.Richey(1974) sebagai berikut :
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan pribadi.
2. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
3. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan,tingkah laku,sikap serta cara kerja.
4. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
5. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan,disiplin diri dalam profesi,serta kesejahteraan anggotanya.
6. Memberikan kesempatan untuk kemajuan,spesialisasi dan kemandirian.
7. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live career) dan menjadi seporang anggota yang permanen.
Secara terperinci, ciri keprofesian ini dikemukakan ole D.Westby Gibson(1965) sebagai berikut:
1. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi .
2. .Dimiliki sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik dan prosedur yang unik.
3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan professional.
4. Dimilikinya suatu mekanisme untuk menyaring sehingga hanya mereka yang dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja untuk lapangan pekerjaan tertentu.
5. Dimilikinya organisasi professional yang disamping melindungi kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi untukmeningkatkan kualitas layanan masyarakat,termasuk tindak etis professional pada anggotanya
Setelah kita mempelajari berbagai macam pendapat para pakar tentang ciri – ciri profesi, kita dapat menyimpilkan bahwa ciri – ciri profesi yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki standar unjuk kerja yang baku atau dengan kata lain memiliki aturan yang jelas tentang hal yang dikerjakannya.
2. Anggota profesinya memperoleh pendidikan tinggi yang memberikan dasar pengetahuan yang bertanggung jawab.
3. Memiliki lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan tenaga profesi yang dibutuhkan. Contohnya : Untuk menghasilkan tenaga gurumaka ada perguruan tinggi keguruan seperti UPI,IKIP,FKIP,dan STKIP.
2.2 Pengertian Profesi Guru
Guru harus dilihat sebagai profesi yang baru muncul , dan karena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semiprofesional , bahkan mendekati jabatan profesional. Pada saat sekarang, sebagian orang cenderung menyatakan guru sebagai suatu profesi , dan sebagian lagi tidak mengakuinya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan jabatan guru sebagian, tetapi bukan seluruhnya adalah jabatan profesional , namun sedang bergerak ke arah itu. Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan, tugas utamanya adalah melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan tersebut jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat.
2.3 Perlunya Profesionalisasi dalam Pendidikan
Bersedia atau tidak setiap anggota profesi harus meningkatkan kemampuannya, demikian pula dengan guru, harus pula meningkatkan kemampuannya untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Lebih khusus lagi sanusi et. al. (1991:23) mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan , yakni sebagai berikut :
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan , pengetahuan, emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan profesinya, sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia .
2. Pendidikan dilakukan secara internasional, yakni secara sadar bertujuan, maka pendidikan menjadi normatif yang didikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para pendidik, pesrta didik dan pengelola pendidikan.
3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan pendidikan .
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh pendidik agar selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.
6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yaitu menjadikan mnanusia sebagai manusia yang baik ( dimensi intrinsik) dengan misi instrumental yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau pencapaian sesuatu.
Dalam keseluruhan perangkat tenaga penggerak di sektor pendidikan, nampaknya tenaga pelaksana umumnya , dan guru pada khususnya merupakan salah satu mata rantai yang cukup lemah. Kalangan guru sendiri pun menyadari akan hal ini. Oleh karena itu muncullah berbagai usaha untuk menghasilkan “ guru yang lebih berkualitas” .
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu pihak, serta kemajuan dan perkembangan yang dialami masyarakat serta aspirasi nasional dalam kemajuan bangsa dan umat manusia di lain pihak, membawa konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat dan kompleks bagi pelaksana sektor pendidikan pada umumnya dan guru pada khusunya .
Pendidikan yang baik , sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya yang selalu menantang , mengharuskan adanya pendidik yang baik. Hal ini berarti bahwa di masyarakat diperlukan pemimpin yang baik , di rumah diperlukan orang tua yang baik, dan di sekolah dibutuhkan guru yang baik. Akan tetapi dengan ketiadaan pegangan tentang persyaratan pendidikan profesional maka hal ini menyebabkan timbulnya bermacam-macam tafsiran orang tentang arti guru yang baik, tegasnya guru yang profesional.
Dalam mencari jawaban tentang apa dan siapa itu guru yang baik memerlukan suatu tinjauan yang luas serta melingkupi berbagai segi. Sesudah itu barulah disimpulkan profil guru yang bagaimana yang dikehendaki. Jawabannya adalah guru yang profesional yang memiliki kemampuan profesional , personal, dan sosial. Hal ini jelas dikemukakan oleh Winarno Surachmad (1973) bahwa : “Sebuah profesi, dalam arti yang umum adalah bidang pekerjaan dan pengertian tertentu. Yang karena hakikat dan sifatnya membutuhkan persyaratan dasar, keterampilan teknis dan sikap kepribadian tertentu”. Dalam bentuknya yang modern , profesi itu ditandai pula oleh adanya pedoman-pedoman tingkah laku yang khusus mempersatukan mereka-mereka yang tergolong di dalamnya sebagai satu korps, ditinjau dari pembinaan etik jabatan. Pelembagaan profesi serupa itu tidak saja dapat memperkuat pengaruh teknis , tapi juga pengaruh-pengaruh sosial dan politik, ke dalam maupun keluar. Umumnya dengan mudah orang menyetujui bahwa tugas sebagai seorang guru baiknya dipandang sebagai tugas profesional . Tetapi tidak semua menyadari bahwa profesionalisasi tenaga pelaksanaan itu bukan hanya terletak dalam masa-masa persiapan (pendidikan paendahuluan), tetapi juga di dalam pembinaan dan cara-cara pelaksanaan tugas sehari-hari. Dengan kata lain profesionalisasi guru tidak selesai dengan diberikannya lisensi mengajar kepada mereka yang berhasil menamatkan pendidikannya . Untuk menjadi gur ini baru mencakup aspeknya yang formal. Kualifikasi yang formal ini masih perlu dijiwai dengan kualifikasi riil dan ini hanya mungkin diwujudkan dalam praktek.
2.4 Syarat – Syarat Profesi Guru
Guru dianggap sebagai suatu profesi bila mana ia memiliki peryataan dasar, ketrampilan tehnik serta di dukung oleh sikap kepribadian yang mantap.Dengan demikian, berarti guru yang profesional harus memiliki kompetensi berikut ini :
1. Kompetensi profesional, artinya ia memiliki pengetahuan yang luas serta dalam bidang study yang akan di ajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yanng tepat serta mapu menggunakan berbagai metode dalam proses belajar mengajar. Gurupun harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan dan pemahaman terhadap murid.
2. Kompetensi personal, artinya memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber identifikasi bagi subjek.Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu melaksanakan kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara,yaitu tut wuri handayani, ing madya mangun karso, dan ing ngarso sung tulodo.
3. Kompetensi sosial, artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid - muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilai kemanusiaan daripada nilai benda material.Apabila seorang guru telah memilikki kompetensi tersebut diatas, maka guru tersebut telah memiliki hak profesional karena ia telah dengan nyata memenuhi syarat-syarat berikut ini :
a. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi tanggungjawabnya.
b. Memiliki kebebasan untuk mengambil langnkah- langkah interaksi edukatif dalam batas tanggungjawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
c. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efesien dlam ranngka menjalankan tugas sehari- hari.
d. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
e. Menghayati kebebasan mengmbangkan kompetansi profesionalnya secara individu maupun secara institusional.
Pada hakikatnya tugas guru tidak saja seharusnya diperlukan sebagai suatu tugas yang profesional, tetapi adalah wajar bilamana melihatnya sebagai suatu profesi utama, karena mengajar, antara lain berarti turut menyiapkan subjek didik ke arah berbagai jenis profesi.Dikaitkan dengan angkatan kerja maka implikasinya adalah guru merupakan angkatan kerja utama, karena guru merupakan tenaga yang turut menyiapkan tenaga pembanguanan lainnnya
2.5 Ciri-Ciri Profesional Keguruan
Ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru akan mulai nampak, seperti yang dikemukakan oleh Robert W. Richey ( 1974 ) sebagai berikut :
1. Para guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan daripada usaha untuk kepentingan pribadi.
2. Para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru.
3. Paraa guru dituntut memiliki pemahaman serta ketrampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar, metode,anak didik, dan landasan kependidikan.
4. Para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.
5. Para guru, di usahakan untuk selalu mengikuti kursus- kursus, workshop, seminar, konvensi serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in service.
6. Para guru di akui sepenuhnya sebagai suatu karir hidup.
7. Para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal.
Khusus untuk jabatan guru ini sebenarnnya juga sudah ada yang mencoba menyusun ciri-cirinya.Misalnya National Education Association (NEA) (1948) menyarankan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama.
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6. Jabatan yang menentukan bakunya sendiri.
7. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin rapat.
2.6 Pola Belajar Siswa
Perubahan dalam belajar bisa berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan atau apresiasi (penghargaan) perubahan tersebut bisa meliputi keadaan dirinya, pengetahuannya, atau perbuatannya. Artinya; Orang yang sudah melakukan perbuatan belajar bisa merasa lebih bahagia, lebih pandai menjaga kesehatan, memanfaatkan alam sekitar, meningkatkan pengabdian untuk kepentingan umum, dapat berbicara lebih baik dapat memainkan suatu alat musik atau melakukan suatu perbedaan, perubahan tersebut juga bisa bersifat pengadaan penambahan ataupun perluasan, pendek kata, di dalam diri seorang pelajar terdapat perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan kegiatan belajar.
Pengertian di atas memberi petunjuk bahwa keberhasilan belajar dapat diukur berdasarkan perbedaan cara berpikir merasa dan berbuat sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang serupa. Umpamanya sebelum belajar pelajar belum dapat berwudlu, kemudian terjadi proses belajar mengajar, guru memberitahukan kepada pelajar syarat, rukun, bacaan dan tata cara berwudlu lalu pelajar mempraktikannya dan berlatih sampai akhirnya pelajar mampu berwudlu. Contoh lain pelajar diminta guru untuk berenang dari satu tepi kolam ke tepi yang lain, pelajar yang belum mengenal sama sekali situasi kolam renang langsung terjun dan hampir tenggelam. Guru yang memang sudah mengantisipasi bahwa hal itu akan terjadi segera membantunya dan mengajarinya cara berenang. Setelah belajar ia akhirnya dapat berenang, dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan pada cara pendekatan pelajar yang bersangkutan dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya merupakan bukti bahwa kegiatan belajar telah berhasil.
Untuk mencapai interaksi belajar mengajar dibutuhkan komunikasi anatra guru dan peserta didik yang memadukan dua kegiatan. Yaitu kegiatan mengajar (usaha guru) dan kegiatan belajar (tugas peserta didik). Guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar, karena seringkali kegagalan pengajaran disebabkan oleh lemahnya system komunikasi. Tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas sangat membantu guru dalam membuat perencanaan, demikian halnya dengan prinsip-prinsip psikologi. Dalam perencanaan program pengajaran, banyaknya pengalaman guru dalam memilih prosedur pengajaran akan sangat membantunya dalam mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
Sistem pengajaran di sekolah sekarang ini mengelompokkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai ke dalam tiga bidang, yaitu :
1. Segi kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan (aplikasi), analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Segi efektif yang meliputi memperhatikan, merespon, menghayati dan menginternalisasi nilai.
3. Segi psikomotorik yang meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa dan gerakan (respons) kompleks.
BAB III
PENUTUP
3.1 Tanggapan
Menurut pendapat kami, profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Sedangkan aspek-aspek yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar jika diidentifikasi melalui ciri-ciri kegiatan yang disebut belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilakn perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial, perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan yang jelas perubahan itu terjadi karena proses dan usaha.
Kondisi fisiologis juga sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang, orang yang sehat jasmaninya akan lain belajarnya dari orang yang kurang sehat. Dan yang tidak kalah penting adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran.
Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar, beberapa faktor psikologis yang utama meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif. Meski diakui tujuan pendidikan itu meliputi 3 aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor namun yang terutama adalah aspek kognitif, dan bahkan aspek kognitif sajalah yang perlu dikembangkan.
3.2 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa guru sebagai profesi, dituntut untuk mengembangkan siswa dalam pola mengajar dan kegiatan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Http ://www.asmara’s/profesi pendidikan.com
Sanjaya, wina. 2008. Perencanaan dan Desain System Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sucipto dan raffi kosasih.1999. Profesi keguruan. Jakarta : Rhineka cipta
Udin syafruddin, saud.2009.Pengembangan Profesi Guru. Bandung : alfabeta
Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Blog List
Total Tayangan Halaman
Popular Posts
-
Bila fluida mengalir melalui pipa, maka akan terjadi gesekan antara fluida dengan dinding pipa, hal ini mengakibatkan kecepatan aliran semak...
-
LAMPU KRISTAL Karya : Ratna Indraswari Martini melihat dengan nanap serpihan lampu kristal itu. Napasnya memburu. Butir-butir keringat...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Figur sebagai seorang guru adalah ujung tombak kesuksesan pendidikan, karena maju mundurnya pendidikan t...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendid...
-
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Proses pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan p...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang pendidikan formal sangat penting sekali untuk ditingkatkan terutama tenag...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, menga...
-
A. Pengertian Kode Etik Profesi Kode Etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penti...
-
BAB I PENDAHULUAN Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang meng-ag...