BAB I PENDAHULUAN
Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang meng-agumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Berikut ini adalah pendapat yang disepakati oleh mereka yang bertemu dan melihat langsung Rasulullah saw.
Ad-Darimi dan al-Baihaqi mentakhrij bahwa Jabir bin Samurah berkata,
“Aku melihat Nabi saw. pada malam bulan purnama, dan ketika aku bandingkan antara wajah Nabi saw. dan indahnya bulan, saya dapati wajah Nabi saw. lebih indah dibandingkan rembulan.”
Manusia kadang-kadang tidak memegang teguh kejujuran dan kebenaran dalam candanya, tetapi canda Rasulullah saw adalah jujur dan benar, serta memerintahkan kepada umatnya untuk memegang teguh kejujuran dalam segala situasi dan kondisi.
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Seorang datang pada Nabi saw. dan meminta pada beliau untuk dinaikkan kendaraan, Rasulullah saw. menjawab, ‘Aku akan menaikkan kamu pada anak unta.’ Lelaki itu menukas, Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat dengan anak unta?’ Rasulullah menjawab, Tidakkah unta hanya melahirkan anak unta (Maksudnya, bukankah anak unta itu juga unta).’” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fisik Rosulullah
Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang mengagumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Berikut ini adalah pendapat yang disepakati oleh mereka yang bertemu dan melihat langsung Rasulullah saw.
Ad-Darimi dan al-Baihaqi mentakhrij bahwa Jabir bin Samurah berkata,
“Aku melihat Nabi saw. pada malam bulan purnama, dan ketika aku bandingkan antara wajah Nabi saw. dan indahnya bulan, say a dapati wajah Nabi saw. lebih indah dibandingkan rembulan.”
At-Tirmidzi dan al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata,
“Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah dari Rasulullah saw.. Seakan-akan mentari bersinar dari wajah beliau. Aku tidak pernah dapati seseorang yang lebih cepat jalannya dibandingkan beliau, seakan-akan bumi melipat sendiri tubuhnya saat beliau berjalan. Ketika aku ikut berjihad, aku lihat beliau tidak pernah berlindung di balik perisai.”
Bukhari-Muslim meriwayatkan bahwa al-Barra berkata,
“Rasulullah saw. mempunyai pundak yang lebar, rambutnya mencapai ujung telinga,
dan tidak pernah ada orangyang lebih indah dipandang dibandingkan beliau.”
Muslim meriwayatkan dari Abu Thufail bahwa ia pernah diminta untuk menceritakan tentang Rasulullah saw. kepada kami, kemudian ia menjawab,
“Beliau memiliki wajah yang putih dan berseri.”
Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata,
“Rasulullah saw. memiliki dua kaki yang kokoh dan tegap, dan wajah yang indah, yang belum pernah kutemukan wajah seindah itu sebelumnya.”
Abu Musa Madini meriwayatkan dalam kitab ashShahabah bahwa Amad bin Abad al-Hadhrami berkata,
“Aku melihat Rasulullah saw., dan tidak pernah melihat wajah seindah itu sebelumnya
maupun sesudahnya.”
Ad-Darimi meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata,
“Aku tidak pernah temukan orangyang lebih berani, dermawan, dan lebih bersinar wajahnya, dibandingkan Rasulullah saw..”
Ahmad dan Baihaqi meriwayatkan bahwa Mahrasy Kahti berkata,
“Rasulullah saw. mengambil umrah darijiranah, pada malam hari. Dan, ketika soya melihat bagian belakang tubuh beliau, say a seperti melihat perakyang menyala.”
Abdullah bin Imam Ahmad serta al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Ali r.a. berkata,
“Rasulullah saw. bukanlah orangyang tubuhnya tinggi menjulang.Jika berjalan bersama rombongan, beliau tampak menonjol. Wajahnya putih, kepalanyabesar, alis matanya panjang dan hitam, danjika ada keringat yang menetes dari wajah beliau, akan tampak seperti mutiara. Aku tidak pernah melihat wajah seindah wajah beliau, sebelumnya atau setelahnya.”
Deskripsi tentang Rasulullah saw. yang diberikan oleh Hindun bin Abi Halah,
“Tubuh Rasulullah saw. menampakkan pribadiyang agung. Wajahnya bersinar seperti bulan purnama. Kepalanya besar. Rambutnya keras. Kuliatnya putih ke-merahan. Keningnya luas. Alisnya tebal.Jika marah, keningnya meneteskan keringat. Hidungnya mancung. Tubuhnya diliputi cahaya. Orangyang tidak memperhatikan dengan saksama menyangkanya amat tinggi.Jenggotnya tebal. Matanya hitam. Kedua pipinya tirus. Mulutnya lebar. Giginya indah. Memiliki bulu halus di atas perut. Lehernya amat halus. Tubuhnya sedang. Sedikit gemuk dan tegap, dengan perut dan dada yang seimbang. Dadanya bidang. Kedua pergelangan tangannya panjang. Telapak tangannya luas. Kedua kaki dan tangannya kekar. Jari-jarinya panjang. Jalannya tegap, seperti sedang turun dari ketinggian. Jika menoleh, dengan seluruh tubuhnya. Pandangannya selalu tertunduk he tanah, danjarang sekali mendongakkan matanya he langit....”
Jika Rasulullah menyentuh seseorang, orang itu akan merasakan ketenangan yang mengagumkan, dan perasaan ketinggian ruhani yang menakjubkan. Ahmad meriwayatkan bahwa Sa’d bin Abi Waqqash berkata.
2.2 Sifat-sifat Asasi Rosulullah
Setiap rasul Allah wajib memiliki empat sifat asasi berikut ini, sehingga pantas untuk mengemban risalah,
1. Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam segala kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan kenyataan; baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun ketika bernubuat Apabila sifat ini rusak sedikit saja, maka risalah yang ia bawa pun secara otomatis rusak pula karena manusia tidak percaya dengan rasul yang tidak jujur. Seorang rasul yang jujur, tidak sedikit pun dari perkataannya yang mengandung kebatilan, dalam kondisi dan situasi apa pun.
2. Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan apa yang ia serukan, sebagai wakil dari Allah. Tugas rasul adalah menyam-paikan kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada mereka Apabila seorang rasul sendiri tidak menegakkan kandungan risalah itu, maka hal itu menunjukkan bahwa ia tidak berinteraksi dengan isi risalah tersebut, dan itu menjadi bukti kedustaannya dalam menyampaikan risalah. Seorang rasul yang mempunyai hubungan langsung dengan Allah, pastilah amat mengerti tentang keagungan Allah, dan tidak mungkin melanggar perintah Allah. Tindakan melanggar perintah Allah adalah suatu pengkhianatan ke-pada-Nya, dan orangorang yang tidak amanah tentunya tidak pantas mengemban risalah.
3. At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu daya, konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghalangi dakwah-nya. Juga, istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menye-leweng darinya, meskipun menghadapi bujukan apa pun. Tanpa tablig (penyampaian) , niscaya risalah Hahi tidak akan muncul. Tanpa kontinuitas serta kesabaran dalam bertablig, niscaya risalah tersebut tidak akan bertahan keberadaannya Adapun tunduk pada tekanan manusia atau bujukan mereka saat menyampaikan risalah itu, menjadi bukti kebohongan klaim penyampaian risalah dari Allah. Tidak ada yang menyampaikan risalah Allah kecuali orang yang cintanya pada Allah mengalahkan segalanya Hanya Allahlah yang agung di sisinya, dan hanya ridha-Nya yang menjadi tujuannya.
4. Al-AqlulAzhim atau intelegensi yang cemeriang. Manusia tidak tunduk dan mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agarmereka merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah. Tanpa intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan mampu meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa, khusus-nya bagi orangorang yang memiliki wawasan luas dan intelektualitas yang tinggi. Ia juga tidak akan mampu menghadapi serangan orang-orang yang memusuhi ajarannya, yang menolak dakwahnya, dan yang menyimpang dari jalan kebenaran. Oleh karena itu, seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas, paling berakal, paling bijak, dan paling sem-purna pengetahuannya dibandingkan manusia yang lain, sehingga keberada-an dirinya sendiri bisa menjadi bukti kebenaran risalah yang ia sampaikan.
Apabila keempat sifat ini berkumpul dalam diri seorang manusia yang mengklaim dirinya seorang rasul Allah, disertai tanda-tanda kerasulan lainnya, tanpa ada hal yang mencegah klaimnya, maka hal itu dapat menjadi bukti dan dalil kebenaran pengakuannya. Ketika tidak ada alasan untuk mendustakan kejujuran seseorang yang terkenal jujur, tidak ada penjelasan bagi komitmennya yang kuat, kecuali ketundukannya kepada Allah swt. Bertahannya sang penyampai risalah dalam bertablig, meskipun banyak faktor yang mendorongnya untuk mundur, yang membuktikan keikhlasannya pada dakwah yang ia bawa, dan pada Tuhan yang ia junjung risalah-Nya, serta adanya dakwah yang disertai hujjah yang sempurna berikut pembawa dakwah yang mampu memberikan bukti kebenaran dakwah tersebut dalam segala seginya, menjadi bukti kebenaran dakwah dan risalah tersebut.
2.3 Kejujuran Rosulullah
1) Kejujuran Rasulullah saw. dalam Canda
Manusia kadang-kadang tidak memegang teguh kejujuran dan kebenaran dalam candanya, tetapi canda Rasulullah saw adalah jujur dan benar, serta memerintahkan kepada umatnya untuk memegang teguh kejujuran dalam segala situasi dan kondisi.
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Seorang datang pada Nabi saw. dan meminta pada beliau untuk dinaikkan kendaraan, Rasulullah saw. menjawab, ‘Aku akan menaikkan kamu pada anak unta.’ Lelaki itu menukas, Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat dengan anak unta?’ Rasulullah menjawab, Tidakkah unta hanya melahirkan anak unta (Maksudnya, bukankah anak unta itu juga unta).’” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Zaid bin Aslam berkata, “Seorang wanita yang disebut Ummu Aiman datang
kepada Nabi saw. dan berkata, ‘Suamiku mengundangmu.’ Nabi menimpali
(dengan nada bergurau), ‘Siapakah ia? Apakah ia yang di matanya ada putih-putihnya?’ Wanita itu berkata, ‘Demi Allah, tidak ada putih-putih pada matanya.’ Beliau menjawab, Thenar, pada matanya ada putih-putihnya.’ Ia berkata, Tidak demi Allah.’ Beliau menjawab, Tidak ada seorang pun kecuali di matanya ada putih-putihnya.’” Beliau memaksudkan putih biasa yang melingkari kornea mata, tetapi wanita itu memahaminya sebagai putih di tengah-tengah mata yang berarti lelaki tersebut terkena penyakit mata semacam katarak.
Ahmad meriwayatkan dari Anas, “Seorang lelaki dari Badui bernama Zahir
memberi hadiah Nabi dengan suatu hadiah dari Badui, maka Nabi memper-
hatikannya ketika hendak keluar. Rasulullah bersabda, ‘Zahir adalah orang Badui
kita dan kita adalah orang kotanya.’ Ia adalah lelaki yang kurus dan Rasulullah
menyukainya. Ketika ia sedang menjual barang-barangnya, Rasulullah menda-
tanginya dan mendekapnya dari belakang, saat itu ia tidak melihat Nabi. Zahir
berkata, ‘Lepaskan aku, siapa ini?’ Lalu, ia menoleh dan mengenal Rasulullah. Ia
membiarkan punggungnya melekatpada dada Nabi ketika ia mengetahui bahwa
yang mendekap adalah Nabi. Rasulullah lalu berkata (dengan nada bercanda),
*Siapa yang mau membeli seorang hamba?’ Zahir lalu menyahut, Wahai
Rasulullah, jadi, demi Allah engkau menjadikan aku murah tak laku.’ Rasulullah
saw. bersabda, ‘Kamu di sisi Allah tidak murah.’ Atau beliau bersabda, ‘Kamu
mahal di sisi Allah.’” Diriwayatkan oleh orang-orang tsiqah. Dari perbincangan di
atas, beliau memaksudkan hamba adalah hamba Allah, dan kita semua adalah
hamba Allah swt.
At-Tirmidzi mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Hasan berkata, “Seorang nenek-nenek mendatangi Nabi saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, doakanlah pada Allah agar memasukkan aku ke surga.’ Beliau menjawab, Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya perempuan tua tidak masuk ke dalam surga.’ Maka perempuan tua itu berpaling dan menangis. Beliau bersabda, ‘Beri tahu ia bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua. Allah berfirman,
‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”‘ (al-Waaqi’ah: 35-36)
At-Tirmidzi juga mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Anas berkata,
“Rasulullah berkata kepadaku, Wahai yang memiliki dua kuping.’” Abu Samar
berkomentar bahwa maksud beliau adalah bergurau, setiap manusia memiliki dua
kuping.
Anda lihat dari contoh-contoh di atas bahwa canda beliau tidak keluar dari kebenaran dan kejujuran, melainkan menggunakan cara yang halus, sampai kadang tidak dimengerti lawan bicaranya, sehingga lawan bicaranya tersebut memahaminya dengan pemahaman yang lucu. Begitulah, semua canda dan gurau beliau adalah jujur dan benar.
At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Para sahabat berkata, Wahai Rasulullah. Engkau bergurau dengan kami.’ Beliau bersabda,
‘Aku tidak berkata kecuali benar.’”
Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.
2) Kejujuran Rasulullah dalam Janji
Abu Dawud meriwayatkan bahwa Abdullah bin Abi Khansa berkata, “Aku melakukan transaksi jual-beli dengan Nabi saw. sebelum beliau diutus, dan ada sisa barang yang belum aku berikan padanya, lalu aku menjanjikan padanya untuk memberikannya di tempatnya itu. Di hari yang telah ditentukan itu dan hari setelahnya ternyata aku lupa mendatanginya, aku datang pada hari yang ketiga, aku dapati beliau telah berada di tempat itu. Beliau berkata, Wahai Pemuda, kau telah menyusahkan aku, aku telah berada di sini selama tiga hari menunggumu.’”
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim, “Rasulullah sedang duduk membagi
rampasan perang Hawazin di Hunain, seseorang berdiri di hadapan beliau dan
mengatakan, ‘Engkau mempunyai janji denganku wahai Rasulullah.’ Beliau
menjawab, ‘Kamu benar, ambillah yang kamu inginkan.’ Lelaki itu berkata, ‘Aku
ambil delapan puluh domba dan penggembalanya.’ Beliau menjawab, Ya, itu
milikmu.’ Lelaki itu berkata, ‘Engkau memutuskan dengan mudah sekali.
Inilah contoh-contoh dari kejujuran dan kesetiaan beliau dalam menepati janji dan perjanjian. Tidak pernah terjadi bahwa Rasulullah saw. berjanji atau membuat perjanjian kemudian beliau ingkar atau berkhianat. Kalimat yang terucap dari Rasulullah saw. adalah jaminan yang tidak ada jaminan setelahnya.Sampai-sampai musuhnya yang paling keras dan paling lama memusuhi beliau dalam perjalanan dakwah beliau tidak ragu-ragu untuk
memasukkan dirinya dalam naungan kaum muslimin, jika telah mereka pastikan bahwa yang menjamin keamanan mereka adalah Muhammad saw. Mereka percaya bahwa perkataan Muhammad adalah jaminan yang tidak sama dengan jaminan lainnya. Siapa yang menelusuri peristiwa-peristiwa sirah pasti menemukan contoh yang banyak atas hal ini. Itulah sifat shidiq (jujur dan benar) yang dimiliki para nabi. Tidak pernah berubah sama sekali.
2.4 Kebersihan Badan Nabi saw.
1. Nabi menyukai harum-haruman “Belum pernah aku mencium minyak anbar dan kasturi yang lebih harum dari Rasulullah saw.” (HR Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi dari Anas bin Malik ).
2. Keringat Nabi saw. “Tidaklah Nabi saw. berjalan melalui satu jalan saja, kemudian datang seorang mengikuti beliau. Orang mengetahui bahwa beliau sedang berjalan-jalan adalah dari bau keringat baliau.” (HR ad-Darimi dari Jabir r.a)
3. Nabi saw. Menyukai wangi-wangian. “Aku berikan kepada Nabi saw. wangi-wangian yang paling beliau sukai sehingga saya lihat minyak wangi mengkilap di kepala dan janggut beliau.” (HR Bukhori dari Aisiyah r.a)
4. Nabi saw. suka meminyaki tubuhnya. “Rasulullah saw. pernah meminyaki tubuhnya dengan nurah. Setelah selesai, beliau bersabda “Hai kaum Muslimin, pakailah nurah karena nurah semacam minyak untuk meminyaki tubuh dan bersih, dan sesungguhnya dengan minyak itu Allah melenyapkan kotoran-kotoranmu dan bulu-bulumu.” (HR Ahmad dari Aisyah r.a)
5. Nabi saw. bercelak. “Nabi saw, mempunyai alat celak yang beliau gunakan untuk bercelak tiga kali tiap malam, tiga kali waktu ini dan tiga kali waktu itu (tiga kali pada mata kanan dan tiga kali pada mata kiri).” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abas).
6. Nabi saw, suka mendandani rambut. “seorang laki-laki mengintai dari celah dinding rumah Nabi saw. sedang beliau menyisir dengan sisir.” (HR Bukhori dari Sahal bin Sahal bin Saad r.a)
7. Nabi saw.suka memelihara janggut
8. Nabi saw.suka membersihkan gigi
9. Nabi saw.suka membersihkan anggota badan yang lainnya.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada halaman sebelumnya dapat disimpulkan bahwa banyak riwayat menyebutkan jika seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang mengagumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Selain itu sifat asasi Rosulullah antara lain Al-AqlulAzhim, Ash-Shidqul Muthlaq, At-Tablighul dan Al-Iltizamul Kamil. Serta Rosulullah jujur dalam bercanda dan jujur dalam janji,selain itu Rosulullah suka memakai wewangian dan senantiasa menjaga kebersihan badannya. Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.
DAFTAR PUSTAKA
Alquranul Karim
Anonimus.2009.Pribadi Rosulullah.http://www.rezaervani.com
-----------.2009.Sifat Nabi Muhammad.Komunitas :http://groups.yahoo.com/group/rezaervani
HOME
Profil
Delete this widget in your dashboard. This is just an example.
Ipsum
Delete this widget in your dashboard. This is just an example.
Dolor
Delete this widget in your dashboard. This is just an example.
Lorem
Please note:
Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.
Ipsum
Please note:
Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.
Dolor
Please note:
Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog List
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.
Popular Posts
-
Bila fluida mengalir melalui pipa, maka akan terjadi gesekan antara fluida dengan dinding pipa, hal ini mengakibatkan kecepatan aliran semak...
-
LAMPU KRISTAL Karya : Ratna Indraswari Martini melihat dengan nanap serpihan lampu kristal itu. Napasnya memburu. Butir-butir keringat...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Figur sebagai seorang guru adalah ujung tombak kesuksesan pendidikan, karena maju mundurnya pendidikan t...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendid...
-
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Proses pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan p...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang pendidikan formal sangat penting sekali untuk ditingkatkan terutama tenag...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, menga...
-
A. Pengertian Kode Etik Profesi Kode Etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penti...
-
BAB I PENDAHULUAN Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang meng-ag...
0 komentar:
Posting Komentar