Aliran-aliran Filsafat Pada Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Dalam hal ini yang paling utama dalam pengembangan kurikulum ini adalah aliran filosofis. Pendidikan pada hakekatnya adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, setiap proses pendidikan akan berusaha mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai sebuah elemen penting untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat (agent of change). Dalam upaya itu, setiap proses pendidikan membutuhkan seperangkat sistem yang mampu mentransformasi pengetahuan, pemahaman, dan perilaku peserta didik. Dan salah satu komponen operasional pendidikan sebagai sistem adalah kurikulum, dimana ketika kata itu dikatakan, maka akan mengandung pengertian bahwa materi yang diajarkan atau dididikkan telah tersusun secara sistematik dengan tujuan yang hendak dicapai. Kurikulum sebagai rancangan dari pendidikan, mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan karena kurikulum menentukan proses pelaksanaan dan hasil daripada pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan manusia, maka pengembangan kurikulum tidak dapat dirancang sembarangan, sehingga dalam makalah ini dibahas aliraran-aliran kurikulum, idealisme, pragmatisme, perenialisme, essensialisme,progressivisme,dan rekonstruktivisme.

BAB II PEMBAHASAN


2.1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum menurut para ahli :
1. J.Galen Saylor dan Wiliam M. Alexander Dalam buku curiculum planing for better teaching and learning menjelaskan bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah .
2. Harlod B. Albertyes Dalam reorganizing the high-school curiculum memandang bahwa kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran ,akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan di luar sekolah
3. William B,Ragan, Dalam buku modern elementary curiculum menjelaskan arti kurikulum dalam arti luas,yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah .kurikulum tidak hanya meliputi seluruh kehidupan dalam kelas . jadi, hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar , cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
4. Winarno Surahmad mengemukakan bahwa kurikulum adalah program pendidikan yang di rencanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
5. Alice Miel juga menganut pendirian yang kuat tentang kurikulum dalm bukunya Changing the Curiculum a.social process ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung ,suasana sekolah ,keinginan ,keyakinan , pengetahuan dan sikap orang-orang yang melayani dan di layani sekolah ,yakni anak didik, masyarakat , para pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah ,pegawai administrasi dan orang lain yang ada hubungannya dengan murid-murid).jadi, kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh dan bercorak pendidikan yang di peroleh anak di sekolah.
Jadi, Kurikulum adalah gagasan atau ide-ide yang harus dikembangkan oleh pengembang kurikulum untuk membimbing siswa belajar ke arah tujuan atau suatu hasil yang diinginkannya.

2.2. Aliran-aliran Filsafat Pada Kurikulum
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita kenalkan pada berbagai aliran filsafat, yang dikembangkan Di bawah ini merupakan aliran-aliran filsafat dalam kurikiulum,
Tanpa bermaksud untuk mendikotomikan, dalam kajian filsafat pendidikan pada umumnya, dikenal adanya dua aliran filsafat besar, yaitu Idealisme dan Pragmatisme,
2.2.1 Idealisme
Dalam sejarah filsafat Barat, idealisme selalu identik dengan Plato. Hal demikian sangat wajar sebab Palto memang dianggap sebagai Bapak dari filsafat idealisme. Menurut Plato, hakekat segala sesuatu tidak terletak pada sifat materi atau bendawi, tetapi sesuatu yang berada dibalik materi itu, yaitu ide. Ide bersifat kekal, immaterial, dan tidak berubah. Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah, Pada ranah pendidikan, aliran Idealisme ini menganggap bahwa hakekat pendidikan adalah semangat ingin kembali kepada warisan budaya masa silam yang agung dan ideal, sehingga pendidikan diartikan sebagai “cultural conservation”, yakni sebagai pemelihara kebudayaan Adapun yang menjadi tujuan pendidikan menurut aliran Idealisme ini adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna, yang berguna bagi masyarakatnya. Dan sebagai konsekuensi logisnya, maka pendidikan model aliran Idealisme ini lebih menekankan pengkayaan pengetahuan (transfer of knowledge) tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan industri).
Dengan model pemikiran seperti itu, maka kurikulum Idealisme mendasarkan pada prinsip: Pertama, kurikulum yang kaya materi, berurutan, dan sistematis yang didasarkan pada target tertentu yang tidak dapat dikurangi sebagai satu kesatuan pengetahuan, kecakapan, dan sikap yang berlaku dalam kebudayaan yang demokratis. Kedua, kurikulum menekankan penguasaan yang tepat atas isi atau materi kurikulum.
Dari prinsip-prinsip tersebut kemudian dibuat pedoman dalam merumuskan kurikulum idealisme yang pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, yang mengutamakan pada “essential studies” yang meliputi metode ilmiah, dunia organis dan an-organis, human environment (lingkungan manusia, budaya, dan alamiah), serta apreasi terhadap seni.
Selain itu dalam kurikulum idealisme sekolah dianggap sebagai pusat intellectual training dan character building, yang secara formal melatih dan mengembangkan daya jiwa yang sudah ada.
2.2.2. Pragmatisme
Pragmatisme biasa diidentikkan dengan filsafat bangsa Amerika karena Pragmatisme merupakan filsafat yang mencerminkan secara kuat sifat kehidupan Amerika, dimana filsafat ini merupakan penengah antara filsafat empirisme dan idealisme dengan menggabungkan hal-hal yang berarti antara keduanya.
Kemunculan pragmatisme sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer telah banyak membawa kemajuan-kemajuan yang pesat baik dalam ilmu pengethuan maupun tehnologi. Pragmatisme telah berhasil membuat aktifitas filsafat yang sebelumnya bersifat metafisis, idealis, abstrak, dan intelektualis yang cenderung “melangit”, menjadi aktifitas riil, inderawi, dan mnafaatnya langsung bisa dirasakan secara prkatis-pragmatis dalam kehiudpan sehari-hari.
Dalam ranah pendidikan, aliran Pragmatisme berpendapat bahwa hakekat pendidikan merupakan proses masyarakat mengenal diri. Dengan perkataan lain, pendidikan adalah proses agar masyarakat menjadi hidup dan dapat melangsungkan aktifitasnya untuk masa depan. Dengan demikian, pendidikan adalah proses pembentukan impulse (perbuatan yang dilakukan atas desakan hati), yang berorientasi pada futuralistic, yakni sebuah pendidikan yang berwawasan pada masa depan. Dari karakter yang demikian, maka pendidikan pragmatisme menganjurkan agar yang berbuat, yang menghasilkan, dan yang mengajar adalah peserta didik sendiri. Sedangkan peran pendidik lebih berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing.
Dalam pandangan Pragmatisme, tidak ada suatu materi pelajaran tertentu yang bersifat universal dalam sistem dan metode pelajaran yang selalu tepat untuk semua jenjang sekolah, sebab pengalaman, kebutuhan serta minat individu atau masyarakat berbeda menurut tempat dan zaman. Dalam hal ini kurikulum pragmatisme bersifat elastis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum Pragmatisme bergerak dinamis diatas prinsip kebebasan, menghendaki bentuk yang bervariatif dan dengan materi yang kaya.
Adapun mengenai muatan isi kurikulum, Pragmatisme mendorong perkembangan pribadi anak didik yang meliputi perkembangan minat, pikir dan kemampuan praktis. Bentuk demikian inilah yang oleh Kilpatrick disebut dengan emerging curriculum, yaitu kurikulum yang realistis dari kehidupan peserta didik
Dalam pelaksanaannya, kurikulum Pragmatisme mengutamakan pengalaman yang didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, yang diarahkan bagi perkembangan pribadi secara integral terutama aspek pikir, perasaan, motorik, dan pengalaman sosial.
Demikianlah model kurikulum aliran Idealisme dan Pragmatisme, yang sebenarnya hanya merupakan pembedaan secara garis besar saja, karena selain kedua aliran utama tersebut, masih terdapat aliran-aliran filsafat lain yang memiliki pengikut yang cukup banyak, dan kemudian terdapat empat aliran saja sebagai penjelas dan penguat bagi kedua aliran utama tersebut diatas, yaitu perenialisme, esensialisme, progresivisme dan rekonstruksionisme.
2.2.3 Perenialisme
Perenialisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa zaman sekarang sebagai zaman yang kurang “sehat”, dan untuk mengembalikan kepada keadan semula diperlukan “dokter” yang sudah terkenal. Aliran ini juga menganggap bahwa kebudayaan dewasa ini mempunyai landasan-landasan yang kurang jelas sehingga diperlukan usaha-usaha untuk kembali pada fundamen-fundamennya dengan menunjuk kepada apa yang telah dihasilkan oleh zaman Yunani dan abad pertengahan. Jelasnya, Perenialisme ini bercorak regresif, yaitu sikap yang menghendaki kembali pada jiwa yang menguasai peradaban skolastik Yunani dan abad pertengahan, karena ia merupakan jiwa yang menuntun manusia hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang telah ditentukan secara rasional.
Dalam hal kurikulum, aliran ini menganggap hal yang terpenting dalam kurikulum adalah isi (content) mata pelajaran-mata pelajaran yang tepat dan benar. Oleh karena kondisi demikian, maka dalam pendidikan peran utama dipegang oleh guru atau pendidik. Keaktifan dan kreatifitas subyek didik dikembangkan dengan bersendikan atas pengetahuan dan keterampilan yang benar.
Disamping itu, masih menurut aliran Perenialisme, pendidikan persekolahan diusahakan sama bagi setiap orang, dimana peserta didik diajak untuk menemukan kembali dan menginternalisasi kebenaran universal dan konstan dari masa lalu. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam kurikulum model aliran Perenialisme ini adalah mengkaji terhadap buku-buku yang membahas peradaban Barat dan abad pertengahan melalui membaca dan diskusi untuk menyerap dan menguasai fakta-fakta dan informasi.
2.2.4. Essensialisme
Aliran Esensialisme ini hampir mirip dengan Perenialisme. Bedanya, kalau Perenialisme bercorak regresif, Esensialisme lebih bercorak konservatif, yakni sikap untuk mempertahankan nilai-nilai budaya manusia. Esensialisme ini menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan, dan nilai-nilai inilah yang hendaknya sampai kepada manusia melalui sivilisasi dan yang telah teruji oleh waktu.
Menurut teori Essentialist ini, tujuan pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai yang ada dalam “gudang” di luar ke dalam jiwa peserta didik, sehingga ia perlu dilatih agar mempunyai kemampuan absorbsi (penyerapan) yang tinggi. Disini peran guru atau pendidik memiliki peran yang sentral dalam menyampaikan warisan budaya dan sejarah seputar inti pengetahuan yang terakumulasi begitu lama dan bermanfaat untuk peserta didik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum menurut aliran ini bersifat subject centered, dimana guru sebagai pusat pembelajaran yang lebih ditekankan pada keterampilan membaca, menulis dan menyerap ide-ide demi mengembangkan mind peserta didik dan kesadaran akan dunia fisik sekitarnya.


2.3.5. Progresivisme
Aliran Progresivisme dapat dikatakan telah berbuat banyak dalam mengadakan rekonstruksi di dalam pendidikan modern dalam abad XX. Progresivisme banyak meletakkan tekanan dalam masalah kebebasan dan kemerdekaan kepada peserta didik dan menentang keras pendidikan tradisional, yang biasanya menentukan materi pembelajaran tanpa memperhatikan kebutuhan dan minat peserta didik.
Menurut George R. Knight, pemikiran progresivisme banyak sekali dipengaruhi oleh pragmatisme-nya John Dewey dan Psikoanalisis-nya Sigmund Freud yang menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif. Menurut aliran ini, peserta didik dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga dia diberi kesempatan untuk menetukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Disini, guru bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu. Dengan demikian, pendidikan harus berpusat pada peserta didik (child centered),tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual. Pendidikan progresivisme juga tidak menggunakan hukuman fisik atau menakut-nakuti sebagai pembentuk sikap disiplin.
Menurut teori Progresive ini, kurikulum dibangun dari pengalaman personal dan sosial peserta didik. Hal demikian dilakukan agar peserta didik memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial dengan melakukan interaksi dengan lingkungan dan akhirnya memiliki kemampuan problem solving, baik personal maupun sosial.
2.2.6. Rekonstruksionisme
Menurut penggagas teori rekonstruksionis, yaitu George S. Count, aliran ini muncul sebagai akibat dari penerapan ide-ide demokrasi dan tata ekonomi kapitalisme yang menjurus pada individualisme dan laises faire. Dan masyarakat yang demikian perlu direkonstruksi kembali dengan penerapannya yang menjamin adanya kesamaan.
Menurut teori Rekonstruksi, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi cakap dan kreatif sekaligus mampu bertanggungjawab dalam berinteraksi, membangun serta mengembangkan masyarakatnya. Lebih jauh lagi, agar pendidikan dapat menyadari antara keterikatan perumbuhan dan perkembangan tehnologi dan industrialisasi dengan perubahan masyarakat. Disini, pengetahuan atau kemampuan profesional, misalnya, hendaknya bisa disumbangkan bagi terbentuknya masyarakat baru. Dan, peran sekolah adalah dengan menjadi perantara utama bagi perubahan sosial, politik, dan ekonomi dalam masyarakat dengan membuat peserta didik sadar akan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia, memiliki kesadaran untuk memecahkan problem tersebut dan akhirnya membangun tatanan masyarakat yang baru.

BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum yang dikenalkan berbagai aliran filsafat, setiap aliran diatas memiliki orientasi yang berbeda-beda sehingga dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu,Menurut aliran Idealisme bahwa hakekat pendidikan adalah semangat ingin kembali kepada warisan budaya masa silam yang agung dan ideal, sehingga pendidikan diartikan sebagai “cultural conservation”, Aliran Pragmatisme berpandangan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan impulse (perbuatan yang dilakukan atas desakan hati), yang berorientasi pada futuralistic, yakni sebuah pendidikan yang berwawasan pada masa depan. Adapun kurikulum Pragmatisme lebih mengutamakan pengalaman yang didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, terutama aspek pikir, perasaan, motorik, dan pengalaman sosial, aliran Idealisme dan Pragmatisme, aliran lain seperti Perenialisme yang regresif, Esensialisme yang konservatif, Progresivisme yang bercorak bebas dan modifikatif, serta Reconstructionism yang mewujud dalam sikap radikal rekonstruktif.

HIJRAH DAN MEMBINA MASYARAKAT ISLAM

PEMBAHASAN
HIJRAH DAN MEMBINA MASYARAKAT ISLAM
1. Definisi hijrah
Hijrah secara bahasa berarti “tarku” (meninggalkan). “Hijrah ila syai” berarti “intiqal ilaihi ‘an ghairi” (berpindah kepada sesuatu dari sesuatu).
Menurut istilah, hijrah berarti “tarku maa nahallaahu ‘anhu” (meninggalkan sesuatu yang dilarang Allah)
Hijrah menurut sejarah penetapan hukum (tarikh tasyri) adalah berpindahnya kaum muslimin dari kota Mekah ke kota Madinah, dan juga dari kota Mekah ke kota Habasyah.
Pengertian hijrah secara khusus dibatasi hingga penaklukan kota Mekah. Setelah itu perintah hijrah dengan makna umum, yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri iman. Makna kedua ini berlaku setelah penaklukan kota Mekah.
Hijrah dalam sejarah perjuangan Rasul merupakan strategi dakwah Islam. Rasulullah saw. Karena itulah pengertian hijrah yang harus senantiasa ada dalam diri setiap muslim adalah pengertian hijrah maknawi. Adapun pengertian hijrah secara maknawi adalah:
1. Meninggalkan kejahiliyahan menuju kepada nilai Islam.
2. Meninggalkan kekafiran menuju iman kepada Allah.
3. Meninggalkan kesyirikan menuju tauhid, mengesakan Allah.
4. Meninggalkan kebatilan menuju hak, kebenaran Islam.
5. Meninggalkan perbuatan maksiat menuju perbuatan ketaatan kepada Allah.
6. Meninggalkan sesuatu yang haram menuju sesuatu yang halal.
Hadits yang berkenaan dengan hijrah

عَنْ أَمِيرِ اْلمُؤمِنِينَ أبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الله ورسوله فهجرته إلي الله ورسوله َمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (رَوَاهُ البُخَارِي وَمُسْلِمُ)
Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khathab r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niatnya dan tiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan pahala hijrah karena Allah dan Rasulullah. Barang siapa yang hijrahnya karena faktor duniawi yang akan ia dapatkan atau karena wanita yang akan ia nikahi, maka ia dalam hijrahnya itu ia hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (H.R. Bukhari-Muslim)
2. Perjalanan dari Makkah ke Yatsrib (Madinah)
Adapun acara perjalan yang dilakukan Nabi itu, digambarkan oleh Ibnu Hisyam, sebagai berikut: Rasulullah datang dengan sembunyi-sembunyi ke rumah Abu Bakar, kemudian mereka berdua keluar dari pintu kecil di belakang pintu rumah, menuju sebuah Gua di bukit Tsur sebelah selatan kota Makkah lalu mereka masuk ke gua itu.
Dalam perjalanan ke Yatsrib Nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, Nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah mesjid. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi, sebagai pusat peribadatan, tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Makkah. Semetera itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatanganya. waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kedatangan beliau dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap Nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatul Muhawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota ini cukup disebut Madinah saja. Ketika Nabi sampai di Yatsrib dengan perasaan rindu dan perasaan yang amat mendalam mereka melayukan sebuah nyanyian yang terkenal
A. Membina Masyarakat Islam Di Madinah
a. Pendikan Islam di Madinah
Tanggapan orang-orang Madinah tentang kedatangan Nabi sangat di idam-idamkan. Orang-orang Madinah memeluk agama Islam dengan hati yang ikhlas, serta dengan tulus membantu Nabi dalam mensyiarkan agama Islam.
Matahari Islam pun bersinar di atas langit bersih kota Madinah dan cahayanya mulai memancar luas. Salah satu hasil pertamanya adalah keadaan perang yang telah lama mencekam dua kabila ‘Aus dan Khazaraj berubah menjadi keadaan damai dan persahabatan. Orang-orang muknim Madinah berkumpul di sekeliling Nabi dan perlahan-lahan kabilah-kabilah di wilayah Madinah pun memeluk agama Islam. Undang-undang Allah pun di wahyukan dan kemudian di wujudkan serta dipraktekan satu demi satu. Setiap hari, satu bentuk prilaku jahat tentu di basmi dan diganti dengan kesalehan dan keadilan. Perlahan-lahan orang-orang mukmin di Makkah yang dapat banyak gangguan dari orang-orang kafir setelah hijrahnya Rasulullah, meninggalkan rumah dan kehidupan mereka lalu pindah ke Madinah mereka di sambut hangat oleh saudara-saudara seagama di sana.
Orang-orang muslim yang tinggal di Makkah dan berangsur-angsur ke Madinah di kenal sebagai kaum Muhajirin (mereka yang hijrah) dan orang-orang muslim Madinah di kenal sebagai kaum Ansor (penolong). Kemajuan Islam yang pesat di Madinah itu menghawatirkan orang-orang kafir Makkah. Kebencian mereka terhadap Rasul dan kaum muslimin kian hari semakin bertambah dan orang-orang kafir itu berusha mencerai-beraikan mereka. Kaum muslimin, khususnya kaum muhajirin sangat marah terhadap orang-orang kafir Makkah. Mereka menunggu ijin dari Allah guna membahas orang-orang sang penindas itu, dan membebaskan wanita-wanita dan anak-anak yang tak berdosa serta orang-orang muslim yang malang yang masih disiksa di Makkah.
Adapun titik tekan pendidikan Islam pada periode Madinah adalah
a. Pembentukan dan Pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politk. Dalam hal ini Nabi melaksanakan pendidikan sebagai berikut
1. Nabi mengikis habis sisa-sisa pemusuhan dan pertengkaran antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka.
2. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, nabi menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk usaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3. Menjalin kerjasama dan tolong-menolong dalam membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur
4. Shalat jum’at sebagai media komunikasi seluruh ummat Islam.
b. Pendidikan sosial dan kewarganegaraan. Pendidikan ini dilaksanakan melalui :
1. ukhuwah (persaudaraan) antar kaum muslimin.
2. Pendidikan kesejahteraan sosial dan tolong menolong.
3. Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.
c. Pendidikan anak dalam Islam. Rasullah selalu mengingatkan kepada ummatnya, antara lain:
1. Agar kita selalu menjaga diri dan anggota keluarga dari api neraka.
2. Agar jangan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
3. Orang yang dimuliakan Allah adalah orang yang berdoa agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Adapun bentuk-bentuk pendidikan anak dalam Islam sebagaimana digambarkan dalam Surat Luqman 13-19 sebagai berikut; 1) Pendidikan tauhid, 2) Pendidikan shalat, 3) Pendidikan sopan santun dalam keluarga, 4) Pendidikan sopan santun dalam m,asyarakat, 5) Pendidikan kepribadian.
d. Pendidikan Hankam dakwah Islam
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan mesjid, selain untuk tempat salat juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Mesjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.Dasar kedua, adalah ukhuwah Islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah, dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum muhajirin tersebut. Dengan demikian, diharapkan, setiap muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Dalam hijrah Nabi ke Madinah inilah puncak kejayaan Islam pada zamannya Rasulullah.

PRIBADI ROSULULLAH

BAB I PENDAHULUAN

Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang meng-agumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Berikut ini adalah pendapat yang disepakati oleh mereka yang bertemu dan melihat langsung Rasulullah saw.
Ad-Darimi dan al-Baihaqi mentakhrij bahwa Jabir bin Samurah berkata,
“Aku melihat Nabi saw. pada malam bulan purnama, dan ketika aku bandingkan antara wajah Nabi saw. dan indahnya bulan, saya dapati wajah Nabi saw. lebih indah dibandingkan rembulan.”
Manusia kadang-kadang tidak memegang teguh kejujuran dan kebenaran dalam candanya, tetapi canda Rasulullah saw adalah jujur dan benar, serta memerintahkan kepada umatnya untuk memegang teguh kejujuran dalam segala situasi dan kondisi.
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Seorang datang pada Nabi saw. dan meminta pada beliau untuk dinaikkan kendaraan, Rasulullah saw. menjawab, ‘Aku akan menaikkan kamu pada anak unta.’ Lelaki itu menukas, Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat dengan anak unta?’ Rasulullah menjawab, Tidakkah unta hanya melahirkan anak unta (Maksudnya, bukankah anak unta itu juga unta).’” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fisik Rosulullah
Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang mengagumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Berikut ini adalah pendapat yang disepakati oleh mereka yang bertemu dan melihat langsung Rasulullah saw.
Ad-Darimi dan al-Baihaqi mentakhrij bahwa Jabir bin Samurah berkata,
“Aku melihat Nabi saw. pada malam bulan purnama, dan ketika aku bandingkan antara wajah Nabi saw. dan indahnya bulan, say a dapati wajah Nabi saw. lebih indah dibandingkan rembulan.”
At-Tirmidzi dan al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata,
“Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah dari Rasulullah saw.. Seakan-akan mentari bersinar dari wajah beliau. Aku tidak pernah dapati seseorang yang lebih cepat jalannya dibandingkan beliau, seakan-akan bumi melipat sendiri tubuhnya saat beliau berjalan. Ketika aku ikut berjihad, aku lihat beliau tidak pernah berlindung di balik perisai.”
Bukhari-Muslim meriwayatkan bahwa al-Barra berkata,
“Rasulullah saw. mempunyai pundak yang lebar, rambutnya mencapai ujung telinga,
dan tidak pernah ada orangyang lebih indah dipandang dibandingkan beliau.”
Muslim meriwayatkan dari Abu Thufail bahwa ia pernah diminta untuk menceritakan tentang Rasulullah saw. kepada kami, kemudian ia menjawab,
“Beliau memiliki wajah yang putih dan berseri.”
Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata,
“Rasulullah saw. memiliki dua kaki yang kokoh dan tegap, dan wajah yang indah, yang belum pernah kutemukan wajah seindah itu sebelumnya.”
Abu Musa Madini meriwayatkan dalam kitab ashShahabah bahwa Amad bin Abad al-Hadhrami berkata,
“Aku melihat Rasulullah saw., dan tidak pernah melihat wajah seindah itu sebelumnya
maupun sesudahnya.”
Ad-Darimi meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata,
“Aku tidak pernah temukan orangyang lebih berani, dermawan, dan lebih bersinar wajahnya, dibandingkan Rasulullah saw..”
Ahmad dan Baihaqi meriwayatkan bahwa Mahrasy Kahti berkata,
“Rasulullah saw. mengambil umrah darijiranah, pada malam hari. Dan, ketika soya melihat bagian belakang tubuh beliau, say a seperti melihat perakyang menyala.”
Abdullah bin Imam Ahmad serta al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Ali r.a. berkata,
“Rasulullah saw. bukanlah orangyang tubuhnya tinggi menjulang.Jika berjalan bersama rombongan, beliau tampak menonjol. Wajahnya putih, kepalanyabesar, alis matanya panjang dan hitam, danjika ada keringat yang menetes dari wajah beliau, akan tampak seperti mutiara. Aku tidak pernah melihat wajah seindah wajah beliau, sebelumnya atau setelahnya.”
Deskripsi tentang Rasulullah saw. yang diberikan oleh Hindun bin Abi Halah,
“Tubuh Rasulullah saw. menampakkan pribadiyang agung. Wajahnya bersinar seperti bulan purnama. Kepalanya besar. Rambutnya keras. Kuliatnya putih ke-merahan. Keningnya luas. Alisnya tebal.Jika marah, keningnya meneteskan keringat. Hidungnya mancung. Tubuhnya diliputi cahaya. Orangyang tidak memperhatikan dengan saksama menyangkanya amat tinggi.Jenggotnya tebal. Matanya hitam. Kedua pipinya tirus. Mulutnya lebar. Giginya indah. Memiliki bulu halus di atas perut. Lehernya amat halus. Tubuhnya sedang. Sedikit gemuk dan tegap, dengan perut dan dada yang seimbang. Dadanya bidang. Kedua pergelangan tangannya panjang. Telapak tangannya luas. Kedua kaki dan tangannya kekar. Jari-jarinya panjang. Jalannya tegap, seperti sedang turun dari ketinggian. Jika menoleh, dengan seluruh tubuhnya. Pandangannya selalu tertunduk he tanah, danjarang sekali mendongakkan matanya he langit....”
Jika Rasulullah menyentuh seseorang, orang itu akan merasakan ketenangan yang mengagumkan, dan perasaan ketinggian ruhani yang menakjubkan. Ahmad meriwayatkan bahwa Sa’d bin Abi Waqqash berkata.
2.2 Sifat-sifat Asasi Rosulullah
Setiap rasul Allah wajib memiliki empat sifat asasi berikut ini, sehingga pantas untuk mengemban risalah,
1. Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam segala kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan kenyataan; baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun ketika bernubuat Apabila sifat ini rusak sedikit saja, maka risalah yang ia bawa pun secara otomatis rusak pula karena manusia tidak percaya dengan rasul yang tidak jujur. Seorang rasul yang jujur, tidak sedikit pun dari perkataannya yang mengandung kebatilan, dalam kondisi dan situasi apa pun.
2. Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan apa yang ia serukan, sebagai wakil dari Allah. Tugas rasul adalah menyam-paikan kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada mereka Apabila seorang rasul sendiri tidak menegakkan kandungan risalah itu, maka hal itu menunjukkan bahwa ia tidak berinteraksi dengan isi risalah tersebut, dan itu menjadi bukti kedustaannya dalam menyampaikan risalah. Seorang rasul yang mempunyai hubungan langsung dengan Allah, pastilah amat mengerti tentang keagungan Allah, dan tidak mungkin melanggar perintah Allah. Tindakan melanggar perintah Allah adalah suatu pengkhianatan ke-pada-Nya, dan orangorang yang tidak amanah tentunya tidak pantas mengemban risalah.
3. At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu daya, konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghalangi dakwah-nya. Juga, istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menye-leweng darinya, meskipun menghadapi bujukan apa pun. Tanpa tablig (penyampaian) , niscaya risalah Hahi tidak akan muncul. Tanpa kontinuitas serta kesabaran dalam bertablig, niscaya risalah tersebut tidak akan bertahan keberadaannya Adapun tunduk pada tekanan manusia atau bujukan mereka saat menyampaikan risalah itu, menjadi bukti kebohongan klaim penyampaian risalah dari Allah. Tidak ada yang menyampaikan risalah Allah kecuali orang yang cintanya pada Allah mengalahkan segalanya Hanya Allahlah yang agung di sisinya, dan hanya ridha-Nya yang menjadi tujuannya.
4. Al-AqlulAzhim atau intelegensi yang cemeriang. Manusia tidak tunduk dan mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agarmereka merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah. Tanpa intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan mampu meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa, khusus-nya bagi orangorang yang memiliki wawasan luas dan intelektualitas yang tinggi. Ia juga tidak akan mampu menghadapi serangan orang-orang yang memusuhi ajarannya, yang menolak dakwahnya, dan yang menyimpang dari jalan kebenaran. Oleh karena itu, seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas, paling berakal, paling bijak, dan paling sem-purna pengetahuannya dibandingkan manusia yang lain, sehingga keberada-an dirinya sendiri bisa menjadi bukti kebenaran risalah yang ia sampaikan.
Apabila keempat sifat ini berkumpul dalam diri seorang manusia yang mengklaim dirinya seorang rasul Allah, disertai tanda-tanda kerasulan lainnya, tanpa ada hal yang mencegah klaimnya, maka hal itu dapat menjadi bukti dan dalil kebenaran pengakuannya. Ketika tidak ada alasan untuk mendustakan kejujuran seseorang yang terkenal jujur, tidak ada penjelasan bagi komitmennya yang kuat, kecuali ketundukannya kepada Allah swt. Bertahannya sang penyampai risalah dalam bertablig, meskipun banyak faktor yang mendorongnya untuk mundur, yang membuktikan keikhlasannya pada dakwah yang ia bawa, dan pada Tuhan yang ia junjung risalah-Nya, serta adanya dakwah yang disertai hujjah yang sempurna berikut pembawa dakwah yang mampu memberikan bukti kebenaran dakwah tersebut dalam segala seginya, menjadi bukti kebenaran dakwah dan risalah tersebut.
2.3 Kejujuran Rosulullah
1) Kejujuran Rasulullah saw. dalam Canda
Manusia kadang-kadang tidak memegang teguh kejujuran dan kebenaran dalam candanya, tetapi canda Rasulullah saw adalah jujur dan benar, serta memerintahkan kepada umatnya untuk memegang teguh kejujuran dalam segala situasi dan kondisi.
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Seorang datang pada Nabi saw. dan meminta pada beliau untuk dinaikkan kendaraan, Rasulullah saw. menjawab, ‘Aku akan menaikkan kamu pada anak unta.’ Lelaki itu menukas, Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat dengan anak unta?’ Rasulullah menjawab, Tidakkah unta hanya melahirkan anak unta (Maksudnya, bukankah anak unta itu juga unta).’” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Zaid bin Aslam berkata, “Seorang wanita yang disebut Ummu Aiman datang
kepada Nabi saw. dan berkata, ‘Suamiku mengundangmu.’ Nabi menimpali
(dengan nada bergurau), ‘Siapakah ia? Apakah ia yang di matanya ada putih-putihnya?’ Wanita itu berkata, ‘Demi Allah, tidak ada putih-putih pada matanya.’ Beliau menjawab, Thenar, pada matanya ada putih-putihnya.’ Ia berkata, Tidak demi Allah.’ Beliau menjawab, Tidak ada seorang pun kecuali di matanya ada putih-putihnya.’” Beliau memaksudkan putih biasa yang melingkari kornea mata, tetapi wanita itu memahaminya sebagai putih di tengah-tengah mata yang berarti lelaki tersebut terkena penyakit mata semacam katarak.
Ahmad meriwayatkan dari Anas, “Seorang lelaki dari Badui bernama Zahir
memberi hadiah Nabi dengan suatu hadiah dari Badui, maka Nabi memper-
hatikannya ketika hendak keluar. Rasulullah bersabda, ‘Zahir adalah orang Badui
kita dan kita adalah orang kotanya.’ Ia adalah lelaki yang kurus dan Rasulullah
menyukainya. Ketika ia sedang menjual barang-barangnya, Rasulullah menda-
tanginya dan mendekapnya dari belakang, saat itu ia tidak melihat Nabi. Zahir
berkata, ‘Lepaskan aku, siapa ini?’ Lalu, ia menoleh dan mengenal Rasulullah. Ia
membiarkan punggungnya melekatpada dada Nabi ketika ia mengetahui bahwa
yang mendekap adalah Nabi. Rasulullah lalu berkata (dengan nada bercanda),
*Siapa yang mau membeli seorang hamba?’ Zahir lalu menyahut, Wahai
Rasulullah, jadi, demi Allah engkau menjadikan aku murah tak laku.’ Rasulullah
saw. bersabda, ‘Kamu di sisi Allah tidak murah.’ Atau beliau bersabda, ‘Kamu
mahal di sisi Allah.’” Diriwayatkan oleh orang-orang tsiqah. Dari perbincangan di
atas, beliau memaksudkan hamba adalah hamba Allah, dan kita semua adalah
hamba Allah swt.
At-Tirmidzi mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Hasan berkata, “Seorang nenek-nenek mendatangi Nabi saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, doakanlah pada Allah agar memasukkan aku ke surga.’ Beliau menjawab, Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya perempuan tua tidak masuk ke dalam surga.’ Maka perempuan tua itu berpaling dan menangis. Beliau bersabda, ‘Beri tahu ia bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua. Allah berfirman,
‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”‘ (al-Waaqi’ah: 35-36)
At-Tirmidzi juga mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Anas berkata,
“Rasulullah berkata kepadaku, Wahai yang memiliki dua kuping.’” Abu Samar
berkomentar bahwa maksud beliau adalah bergurau, setiap manusia memiliki dua
kuping.
Anda lihat dari contoh-contoh di atas bahwa canda beliau tidak keluar dari kebenaran dan kejujuran, melainkan menggunakan cara yang halus, sampai kadang tidak dimengerti lawan bicaranya, sehingga lawan bicaranya tersebut memahaminya dengan pemahaman yang lucu. Begitulah, semua canda dan gurau beliau adalah jujur dan benar.
At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Para sahabat berkata, Wahai Rasulullah. Engkau bergurau dengan kami.’ Beliau bersabda,
‘Aku tidak berkata kecuali benar.’”
Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.
2) Kejujuran Rasulullah dalam Janji
Abu Dawud meriwayatkan bahwa Abdullah bin Abi Khansa berkata, “Aku melakukan transaksi jual-beli dengan Nabi saw. sebelum beliau diutus, dan ada sisa barang yang belum aku berikan padanya, lalu aku menjanjikan padanya untuk memberikannya di tempatnya itu. Di hari yang telah ditentukan itu dan hari setelahnya ternyata aku lupa mendatanginya, aku datang pada hari yang ketiga, aku dapati beliau telah berada di tempat itu. Beliau berkata, Wahai Pemuda, kau telah menyusahkan aku, aku telah berada di sini selama tiga hari menunggumu.’”
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim, “Rasulullah sedang duduk membagi
rampasan perang Hawazin di Hunain, seseorang berdiri di hadapan beliau dan
mengatakan, ‘Engkau mempunyai janji denganku wahai Rasulullah.’ Beliau
menjawab, ‘Kamu benar, ambillah yang kamu inginkan.’ Lelaki itu berkata, ‘Aku
ambil delapan puluh domba dan penggembalanya.’ Beliau menjawab, Ya, itu
milikmu.’ Lelaki itu berkata, ‘Engkau memutuskan dengan mudah sekali.
Inilah contoh-contoh dari kejujuran dan kesetiaan beliau dalam menepati janji dan perjanjian. Tidak pernah terjadi bahwa Rasulullah saw. berjanji atau membuat perjanjian kemudian beliau ingkar atau berkhianat. Kalimat yang terucap dari Rasulullah saw. adalah jaminan yang tidak ada jaminan setelahnya.Sampai-sampai musuhnya yang paling keras dan paling lama memusuhi beliau dalam perjalanan dakwah beliau tidak ragu-ragu untuk
memasukkan dirinya dalam naungan kaum muslimin, jika telah mereka pastikan bahwa yang menjamin keamanan mereka adalah Muhammad saw. Mereka percaya bahwa perkataan Muhammad adalah jaminan yang tidak sama dengan jaminan lainnya. Siapa yang menelusuri peristiwa-peristiwa sirah pasti menemukan contoh yang banyak atas hal ini. Itulah sifat shidiq (jujur dan benar) yang dimiliki para nabi. Tidak pernah berubah sama sekali.
2.4 Kebersihan Badan Nabi saw.

1. Nabi menyukai harum-haruman “Belum pernah aku mencium minyak anbar dan kasturi yang lebih harum dari Rasulullah saw.” (HR Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi dari Anas bin Malik ).

2. Keringat Nabi saw. “Tidaklah Nabi saw. berjalan melalui satu jalan saja, kemudian datang seorang mengikuti beliau. Orang mengetahui bahwa beliau sedang berjalan-jalan adalah dari bau keringat baliau.” (HR ad-Darimi dari Jabir r.a)

3. Nabi saw. Menyukai wangi-wangian. “Aku berikan kepada Nabi saw. wangi-wangian yang paling beliau sukai sehingga saya lihat minyak wangi mengkilap di kepala dan janggut beliau.” (HR Bukhori dari Aisiyah r.a)
4. Nabi saw. suka meminyaki tubuhnya. “Rasulullah saw. pernah meminyaki tubuhnya dengan nurah. Setelah selesai, beliau bersabda “Hai kaum Muslimin, pakailah nurah karena nurah semacam minyak untuk meminyaki tubuh dan bersih, dan sesungguhnya dengan minyak itu Allah melenyapkan kotoran-kotoranmu dan bulu-bulumu.” (HR Ahmad dari Aisyah r.a)
5. Nabi saw. bercelak. “Nabi saw, mempunyai alat celak yang beliau gunakan untuk bercelak tiga kali tiap malam, tiga kali waktu ini dan tiga kali waktu itu (tiga kali pada mata kanan dan tiga kali pada mata kiri).” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abas).
6. Nabi saw, suka mendandani rambut. “seorang laki-laki mengintai dari celah dinding rumah Nabi saw. sedang beliau menyisir dengan sisir.” (HR Bukhori dari Sahal bin Sahal bin Saad r.a)

7. Nabi saw.suka memelihara janggut

8. Nabi saw.suka membersihkan gigi

9. Nabi saw.suka membersihkan anggota badan yang lainnya.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan pada halaman sebelumnya dapat disimpulkan bahwa banyak riwayat menyebutkan jika seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang berada di depan keindahan yang mengagumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Selain itu sifat asasi Rosulullah antara lain Al-AqlulAzhim, Ash-Shidqul Muthlaq, At-Tablighul dan Al-Iltizamul Kamil. Serta Rosulullah jujur dalam bercanda dan jujur dalam janji,selain itu Rosulullah suka memakai wewangian dan senantiasa menjaga kebersihan badannya. Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.

DAFTAR PUSTAKA

Alquranul Karim
Anonimus.2009.Pribadi Rosulullah.http://www.rezaervani.com
-----------.2009.Sifat Nabi Muhammad.Komunitas :http://groups.yahoo.com/group/rezaervani

Hukum Poiseuille

Bila fluida mengalir melalui pipa, maka akan terjadi gesekan antara fluida dengan dinding pipa, hal ini mengakibatkan kecepatan aliran semakin ke pusat pipa semakin besar. Kelajuan aliran rata-rata yang dinyatakan dalam Q ditulis sebagai berikut:
Q = Av = ΔV/Δt
Persamaan di atas adalah persamaan debit aliran. Kelajuan aliran tergantung dari sifat fluida, dimensi pipa, dan perbedaan tekanan di kedua ujung pipa. Jean Poiseuille mempelajari tentang aliran zat alir dengan viskositas konstan dalam pipa dan tabung yang alirannya laminer.
Dari studinya, Poiseuille berhasil menjabarkan persamaan untuk Kelajuan Aliran yang dikenal dengan hukum Poiseuille, yaitu:



Hukum Poiseuille menyatakan bahwa cairan yang mengalir melalui saluran pipa
akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa dan
pangkat empat jari-jari pipa.
Jadi rumus diatas dapat dinyatakan :
volume/detik = tekanan/tahanan